Mahasiswi Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Selasa, 06 Mei 2025

Menari Menembus Batas, Berkarya untuk Dunia

Dari Lantai Studio ke Panggung Dunia: Ibu Dewi Sulastri, Sosok Inspiratif di Balik Swargaloka

Tak banyak yang bisa bertahan dan konsisten menyalakan obor seni di tengah derasnya arus zaman. Namun, Ibu Dewi Sulastri berhasil membuktikan bahwa cinta pada budaya bisa jadi kekuatan besar untuk menginspirasi dunia. Lewat sanggar Swargaloka yang didirikannya, namanya kini tak hanya harum di dalam negeri, tapi juga melanglang buana hingga ke mancanegara.

Di tengah hiruk-pikuk dunia modern yang serba cepat, masih ada sosok-sosok tangguh yang memilih berjalan di jalur budaya. Salah satunya adalah Ibu Dewi Sulastri, pendiri Swargaloka, sebuah sanggar seni yang kini menjadi rumah bagi ratusan penari muda dari berbagai daerah. Namanya lekat dengan komitmen, dedikasi, dan semangat tak kenal lelah dalam melestarikan seni tari tradisional Indonesia.

Berawal dari kecintaan mendalam pada budaya sejak usia belia, Ibu Dewi tidak pernah melihat tari hanya sebagai gerakan tubuh, melainkan sebagai cermin jiwa bangsa. Dari panggung kecil di daerah, beliau terus berkarya dan membagikan ilmunya. Hingga akhirnya, pada tahun-tahun awal berdirinya Swargaloka, Ibu Dewi mulai menanamkan filosofi bahwa setiap gerakan memiliki makna, setiap kostum punya cerita, dan setiap penampilan adalah persembahan budaya.

Kini, Swargaloka bukan hanya sekadar sanggar tari. Ia telah menjelma menjadi wadah pembelajaran, pelestarian, dan ekspresi budaya yang sangat berpengaruh. Bahkan, sanggar ini telah tampil di berbagai negara seperti Jepang, Belanda, hingga Amerika Serikat, membawa misi mengenalkan keindahan budaya Indonesia lewat tarian.

“Menari bukan hanya soal hafal gerakan. Tapi bagaimana kita bisa menyampaikan jiwa dari cerita yang kita bawakan,” ucap Ibu Dewi dalam salah satu sesi pelatihan intensif di studio Swargaloka. Kata-katanya selalu membekas di benak para muridnya, bukan hanya karena pesan yang disampaikan, tetapi juga karena beliau sendiri adalah teladan hidup dari filosofi itu.

Apa yang membuat Swargaloka berbeda dari sanggar tari lain adalah pendekatannya yang menyeluruh. Ibu Dewi tidak hanya mengajarkan teknik menari, tetapi juga sejarah, nilai-nilai, hingga penghayatan terhadap tiap tarian. “Kalau tidak paham maknanya, kita hanya bergerak, bukan menari,” katanya.

Dedikasi Ibu Dewi tak berhenti pada urusan panggung dan pertunjukan. Ia juga aktif mengembangkan program pelatihan tari untuk anak-anak muda dari daerah terpencil. Beberapa muridnya bahkan berasal dari keluarga kurang mampu yang mendapatkan beasiswa penuh dari yayasan Swargaloka. “Saya ingin mereka punya harapan, dan seni bisa menjadi jalan untuk masa depan yang lebih baik,” ujar Ibu Dewi.

Meski telah dikenal luas dan kerap diundang dalam forum budaya internasional, Ibu Dewi tetap rendah hati. Ia lebih senang disebut sebagai “penjaga budaya” ketimbang seniman besar. Sikap inilah yang membuat banyak orang, terutama generasi muda, merasa dekat dengannya. Tak jarang, Ibu Dewi terlihat turun langsung melatih murid-muridnya, bahkan membantu merapikan kostum mereka sebelum tampil.

Di balik ketegasannya saat latihan, tersimpan kelembutan dan perhatian yang luar biasa. “Beliau seperti ibu kedua bagi kami. Bukan hanya mengajar tari, tapi juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan,” tutur Nabila, salah satu murid Swargaloka yang sudah ikut tampil di luar negeri.

Tahun ini, tepatnya 15 Maret 2025, Swargaloka merayakan ulang tahun sang pendirinya dengan penuh sukacita. Dalam unggahan di media sosial, terlihat bagaimana murid-murid, rekan-rekan seniman, hingga penggemar seni memberikan ucapan penuh cinta untuk Ibu Dewi Sulastri. Ungkapan rasa terima kasih, pujian, dan harapan agar beliau senantiasa sehat dan terus menginspirasi mengalir tanpa henti.


Sumber Foto: Instagram @swargaloka

“Selamat ulang tahun, Ibu! Terima kasih atas keberanian dan pengorbanannya untuk mendirikan Yayasan Swargaloka ini,” begitu bunyi ucapan resmi dari Swargaloka. Diiringi dengan foto Ibu Dewi dalam balutan busana tradisional lengkap dengan kipas merah menyala, sosoknya terlihat anggun sekaligus berwibawa.

Karya Ibu Dewi Sulastri adalah bukti bahwa seni bukan hanya milik masa lalu. Dengan pendekatan yang penuh cinta, ketekunan yang luar biasa, dan visi yang tajam, ia telah mengukuhkan dirinya sebagai salah satu ikon pelestari seni budaya Indonesia. Di usianya yang tak lagi muda, semangatnya tetap menyala. Tak heran jika ia dijuluki sebagai “penjaga nyala api budaya”.

Sebagaimana api yang terus menyala, Ibu Dewi berharap akan ada generasi penerus yang bisa melanjutkan langkahnya. “Saya hanya memulai. Yang meneruskan, semoga jauh lebih hebat dari saya,” ucapnya merendah.

Dengan semangat yang tak pernah padam dan kontribusi nyata terhadap dunia seni, nama Dewi Sulastri akan selalu dikenang — bukan hanya sebagai pendiri Swargaloka, tetapi juga sebagai inspirasi bagi bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://azzarahanynf.blogspot.com/2025/03/pesona-balimau-tradisi-minangkabau.html

Hiburan Tuan Muda

 "Hiburan Tuan Muda": Ketika Panggung Jadi Cermin Sosial dan Kritik Anak Muda Jakarta Jakarta, Mei 2025 — Gemerlap cah...

tari dibulan ramadan