“Tahta Mas Rangsang”: Lantai Panggung Menyala oleh Gairah Sejarah Bercampur dengan Jiwa Seni Tari
Panggung gemetar. Lampu sorot berpendar lembut. Puluhan penari bersatu dalam gerak yang anggun namun menggelegar, menyuarakan kisah masa lalu yang terlupakan. Malam itu, Sanggar Tari Swargaloka menghadirkan sebuah suguhan megah bertajuk “Tahta Mas Rangsang” — dan para penonton tahu, mereka sedang menyaksikan lebih dari sekadar pertunjukan. Mereka sedang menyaksikan sebuah kebangkitan.
Dalam gelap yang tenang, satu per satu sorotan lampu menyala di atas panggung. Musik tradisional mulai mengalun, perlahan namun menghunjam. “Tahta Mas Rangsang” bukan hanya sebuah tarian. Ini adalah fragmen sejarah yang dibangkitkan lewat tubuh dan gerak, kisah seorang raja Jawa yang tak hanya dikenal karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga karena jiwanya yang lekat dengan kesenian, spiritualitas, dan cinta akan kemanusiaan.
Menelusuri Jejak Rangsang, Raja yang Juga Manusia
![]() |
Sumber Foto: Tri Atmidini |
Tari ini menyajikan representasi mendalam dari sosok pemimpin yang tidak hanya dihormati karena tahtanya, melainkan juga karena kemampuannya menelusuri makna hidup yang lebih esensial. Kekuatan sejati, dalam pertunjukan ini, tampak bukan berasal dari mahkota dan pedang, melainkan dari perjuangan batin dan kesadaran spiritual.
Gerak yang Menyentuh dan Menggetarkan
![]() |
Sumber Foto: Tri Atmidini |
Gerakan mereka mengalir seperti air, namun setiap hentakan kaki dan kibasan tangan membawa intensitas emosional yang kuat. Ada rasa rindu, amarah, ketaklukan, dan cinta, semua bergantian menyapa batin penonton. Tak berlebihan bila banyak yang menahan napas, seolah takut mengganggu dialog bisu antara panggung dan jiwa mereka sendiri.
Dialektika Kekuasaan dan Kemanusiaan
![]() |
Sumber Foto: Tri Atmidini |
Pertunjukan ini menjadi semacam ruang refleksi, bukan hanya bagi karakter utama yang ditampilkan, tetapi juga bagi penonton: sejauh mana kekuasaan bisa sejalan dengan kemanusiaan? Apa harga dari sebuah tahta? Mampukah seorang manusia tetap utuh dalam pusaran ambisi dan beban sejarah?
Spiritualitas Sebagai Pusat Kesadaran
![]() |
Sumber Foto: Tri Atmidini |
Gerakan dalam tari ini mencerminkan filosofi Jawa yang mendalam: cipta, rasa, dan karsa. Semuanya terajut menjadi satu melalui tubuh para penari yang menghidupkan makna-makna simbolik. Setiap tarikan napas dan lenggokan tubuh menyampaikan laku hidup sang raja — perjalanan dari ambisi ke kebijaksanaan.
Refleksi Zaman Kini dalam Bayang Sejarah
“Tahta Mas Rangsang” bukan sekadar pertunjukan sejarah. Ini adalah cermin bagi generasi kini, mengajak kita berpikir ulang tentang bagaimana kita memahami kepemimpinan, tanggung jawab, dan eksistensi manusia dalam dunia yang terus bergerak cepat. Tari ini menghadirkan kontemplasi, bukan hanya hiburan.
Di penghujung pertunjukan, para penari membentuk formasi siluet sang raja, hanya tampak dari bayangan dan cahaya. Sebuah ending yang puitis, seolah menyampaikan pesan bahwa jejak kepemimpinan sejati tidak selalu terlihat, tetapi terasa.
Swargaloka: Rumah Jiwa-jiwa Penari yang Pemberani
![]() |
Sumber Foto: Tri Atmidini |
Ketika lampu panggung padam dan penonton berdiri memberikan standing ovation, satu hal menjadi jelas: “Tahta Mas Rangsang” telah menyentuh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar mata. Ia menyentuh ingatan, batin, dan kesadaran.
Dan siapa pun yang hadir malam itu, mereka tidak pulang sebagai orang yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar