Teras Berita:
Di balik gerakan lemah gemulai seorang penari klasik, tersimpan disiplin, keteguhan, dan jiwa yang tak henti menyatu dengan warisan budaya. Sosok Theodora Retno Maruti, maestro tari klasik gaya Yogyakarta, menjadi salah satu penjaga garda depan seni tari Jawa di era modern. Lewat ketekunannya selama puluhan tahun, ia meneguhkan diri sebagai pelestari, inovator, dan pendidik seni tari yang dihormati di Indonesia dan mancanegara.
Yogyakarta – Bagi pecinta seni tari klasik Jawa, nama Retno Maruti bukanlah nama asing. Perempuan yang lahir di Yogyakarta pada 26 Februari 1947 ini telah mengabdikan hampir seluruh hidupnya untuk melestarikan dan mengembangkan seni tari gaya Yogyakarta, salah satu warisan luhur yang sarat akan nilai estetika dan spiritualitas.
Retno Maruti dikenal sebagai penari, koreografer, pengajar, sekaligus pendiri Sanggar Tari Retno Maruti, yang sejak 1980-an menjadi pusat pelatihan seni tari klasik Jawa yang terpandang. Lewat sanggar inilah, ia membentuk banyak generasi muda yang tidak hanya piawai menari, tetapi juga menghayati filosofi yang terkandung dalam tiap gerak dan gending.
Jejak Panjang dari Kraton ke Panggung Dunia
Perjalanan Retno Maruti bermula sejak usia lima tahun ketika ia mulai belajar menari di bawah bimbingan ibunya dan para maestro tari dari Kraton Yogyakarta. Sejak kecil, ia menunjukkan bakat luar biasa dalam memahami dan menjiwai tari klasik gaya Yogyakarta yang terkenal halus, penuh aturan, dan memerlukan penguasaan tubuh yang presisi.
Sebagai remaja, Retno kerap tampil dalam pentas keraton dan berbagai acara kenegaraan. Namun dedikasinya tak berhenti sebagai penampil. Ia melanjutkan studi di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Yogyakarta dan kelak menjadi pengajar serta penggagas banyak bentuk pertunjukan tari yang mengedepankan nilai-nilai klasik dalam kemasan kontemporer.
Karya-karyanya seringkali memadukan kekuatan tradisi dengan sentuhan kreatif yang tetap menjunjung tinggi pakem. Ia percaya bahwa tari klasik tidak harus menjadi artefak museum, tetapi bisa menjadi bagian dari kehidupan modern jika dikemas dengan pendekatan yang tepat tanpa kehilangan esensinya.
Inspirasi dari Filosofi Jawa dan Penghayatan Jiwa
Bagi Retno Maruti, tari bukan sekadar seni gerak. Ia adalah bentuk pengendalian diri, disiplin batin, dan penghayatan terhadap harmoni alam dan kehidupan. Setiap karya koreografinya lahir dari proses kontemplasi yang dalam, mencerminkan nilai-nilai kejawen, dan struktur sosial budaya yang hidup dalam masyarakat Jawa.
Salah satu karya terkenalnya adalah “Smaradahana”, yang mengangkat kisah klasik tentang cinta dan pengorbanan. Dengan pendekatan yang mendalam terhadap cerita dan teknik tari, karya ini mendapat sambutan luas di berbagai festival, termasuk di luar negeri. Karya-karya lain seperti “Panji Semirang” dan “Rama Tambak” juga menggambarkan dedikasinya dalam menghidupkan kembali cerita-cerita adiluhung lewat seni pertunjukan.
Kontribusi dan Pengakuan Internasional
Kontribusi Retno Maruti terhadap dunia tari tak hanya dirasakan di Indonesia. Ia telah diundang untuk tampil dan memberikan pelatihan di berbagai negara seperti Jepang, Amerika Serikat, Belanda, dan Prancis. Ia juga terlibat dalam berbagai seminar budaya dan menjadi narasumber dalam diskusi seni pertunjukan di tingkat internasional.
Atas dedikasinya, Retno Maruti telah menerima berbagai penghargaan, seperti Satyalancana Kebudayaan, Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah Indonesia, dan Lifetime Achievement Award dari berbagai lembaga seni. Ia juga dipercaya menjadi anggota Dewan Kesenian dan menjadi pembimbing dalam berbagai proyek pelestarian budaya.
Penjaga Nilai Luhur di Era Digital
Di tengah zaman yang serba cepat dan instan, Retno Maruti tetap teguh menjaga nilai-nilai luhur dalam tari klasik. Ia kini aktif mengembangkan pendidikan seni tari berbasis digital dan terbuka terhadap teknologi, namun selalu menekankan pentingnya kedalaman penghayatan dan pemahaman filosofi di balik gerakan.
“Tari klasik bukan untuk dipelajari dengan tergesa-gesa. Ia menuntut kesabaran, kesungguhan, dan cinta yang tulus,” ujar Retno dalam sebuah wawancara.
Melalui ketekunan dan ketulusannya, Theodora Retno Maruti tak hanya menjadi penari hebat, tetapi juga penjaga nyala tradisi yang tak pernah padam. Di setiap geraknya, ia membawa semangat zaman, tanpa pernah meninggalkan akar. Sebuah teladan bagi generasi muda bahwa seni sejati lahir dari kesetiaan, cinta, dan kejujuran kepada budaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar