Magisnya Pertunjukan Tarian Ogoh-Ogoh "Bibi Anu" di Hari Nyepi Bali
![]() |
sumber foto: doc. pribadi |
Denpasar, 29 Maret 2025 --- Ribuan wisatawan membanjiri
jalanan Ubud, Bali, menjelang Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 29 Maret 2025,
bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Suasana Bali yang biasanya ramai menjadi
hening, menyelimuti pulau dalam ketenangan spiritual yang mendalam. Namun
sehari sebelumnya, kemeriahan parade Ogoh-Ogoh menjadi panggung budaya dan
kritik sosial yang memukau dunia, menyatukan warga lokal dan wisatawan dalam
semangat toleransi dan penghormatan pada tradisi leluhur. Di tengah deretan
boneka raksasa itu, tersimpan pesan-pesan mendalam tentang kondisi sosial,
lingkungan, dan moralitas bangsa.
![]() |
foto: doc. pribadi |
Pulau Bali, khususnya kawasan
Ubud, penuh sesak oleh wisatawan asing yang ingin menyaksikan keunikan budaya
ini secara langsung. Uniknya, mereka tidak hanya berfoto dan merekam video,
tetapi juga larut dalam suasana. Bahkan, beberapa wisatawan asing terlihat
turut membantu mengangkat ogoh-ogoh, ikut berjalan sambil tertawa bersama para
pemuda lokal. Momen ini menjadi potret nyata kekaguman dan penghargaan bule
terhadap budaya Indonesia.
Filosofi Tarian dan Ogoh-Ogoh "BIBI ANU"
![]() |
sumber foto: doc. pribadi |
"BIBIANU"
"Bibi" berarti ibu,
"Anu" berarti sesuatu, Bibi Anu dalam hal ini memiliki arti sebuah
anugrah dari seorang ibu. Peran ibu di dunia sangat mulia yang memiliki
beberapa kelebihan (sekaligus sebagai kodratnya), seperti mengandung,
melahirkan, menyusui anak, serta menjadi seorang perempuan dan istri yang
berperan penting dalam kehidupan. Di tengah tanggung jawab sebagai seorang ibu
mengandung janinnya tentu akan diselimuti dengan berbagai ancaman, baik dari
dalam diri maupun luar diri. Sehingga ia harus mampu menjaga diri akan gangguan
yang terlihat maupun tidak terlihat. Dalam hal ini begitu beratnya tanggung
jawab seorang ibu, dengan demikian ia ingin menyampaikan sedikit pesan kepada
anak yang di kandungnya supaya kelak berguna sepanjang hidup sang buah hati
melalui petikan tembang pupuh pucung yang berjudul "Bibi Anu".
Sebelum sang ibu menyampaikan
pesan kepada ananya, ia harus terlebih dahulu membersihkan dirinya, baik lahir
maupun batin. Sebab, hanya dengan hati yang suci dan pikiran yang jernih, pesan
yang disampaikan akan penuh makna dan keberkahan. Ibu harus menjaga diri dari
segala hal yang dapat mengotori jiwa, menghindari niat yang tidak baik, serta
mendekatkan diri kepada Tuhan agar pesan yang diberikan dapat menjadi cahaya
bagi kehidupan ananya kelak. Dengan demikian, setiap nasihat yang terucap bukan
hanya sekadar kata, tetapi juga doa yang tulus demi kebaikan sang buah hati di
sepanjang hidupnya.
Untuk video selengkapnya dapat dilihat di youtube: @RestuPinatih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar