Mahasiswi Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Selasa, 22 April 2025

Lautan Bule atau Wisatawan Mancanegara Meriahkan Ogoh-Ogoh di Bali

Magisnya Pertunjukan Tarian Ogoh-Ogoh "Bibi Anu" di Hari Nyepi Bali

Hari Nyepi di Bali tidak hanya menjadi momen untuk refleksi diri dan keheningan, tetapi juga menjadi ajang budaya yang penuh warna dan makna. Salah satu highlight yang tak boleh dilewatkan adalah pertunjukan tarian Ogoh-Ogoh, sebuah tradisi yang menggabungkan seni, budaya, dan nilai spiritual yang dalam. Tahun ini, tarian Ogoh-Ogoh bertema "Bibi Anu" berhasil mencuri perhatian banyak orang. Dengan balutan warna-warni dan gerakan yang penuh energi, tarian ini mengangkat pesan keberagaman dan harmoni dalam kehidupan masyarakat Bali. Bahkan, pertunjukan Ogoh-Ogoh kali ini dipenuhi oleh lautan wisatawan mancanegara (WNA), dan ada pula WNA yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan "gotong Ogoh-Ogoh."

sumber foto: doc. pribadi

Denpasar, 29 Maret 2025 --- Ribuan wisatawan membanjiri jalanan Ubud, Bali, menjelang Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 29 Maret 2025, bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Suasana Bali yang biasanya ramai menjadi hening, menyelimuti pulau dalam ketenangan spiritual yang mendalam. Namun sehari sebelumnya, kemeriahan parade Ogoh-Ogoh menjadi panggung budaya dan kritik sosial yang memukau dunia, menyatukan warga lokal dan wisatawan dalam semangat toleransi dan penghormatan pada tradisi leluhur. Di tengah deretan boneka raksasa itu, tersimpan pesan-pesan mendalam tentang kondisi sosial, lingkungan, dan moralitas bangsa.


foto: doc. pribadi

Pulau Bali, khususnya kawasan Ubud, penuh sesak oleh wisatawan asing yang ingin menyaksikan keunikan budaya ini secara langsung. Uniknya, mereka tidak hanya berfoto dan merekam video, tetapi juga larut dalam suasana. Bahkan, beberapa wisatawan asing terlihat turut membantu mengangkat ogoh-ogoh, ikut berjalan sambil tertawa bersama para pemuda lokal. Momen ini menjadi potret nyata kekaguman dan penghargaan bule terhadap budaya Indonesia. Malam sebelum Nyepi, suara gamelan dan sorak sorai warga mengiringi parade Ogoh-Ogoh---boneka raksasa simbol pengusiran roh jahat yang juga digunakan sebagai sarana ekspresi sosial.


"Ini pengalaman yang luar biasa! Kami ikut serta dalam prosesi gotong Ogoh-Ogoh bersama masyarakat lokal Bali. Meski kami bukan warga Bali, tapi kami merasa sangat dihargai dan terlibat dalam tradisi yang sangat sakral ini," ujar Mark, seorang wisatawan asal Inggris yang turut serta dalam prosesi tersebut. Keikutsertaan wisatawan dalam kegiatan ini memperlihatkan betapa Bali, sebagai destinasi pariwisata global, mampu menggabungkan tradisi dengan modernitas, menjadikan perayaan Nyepi semakin kaya dan berwarna.

Tidak hanya menjadi bagian dari tradisi, pertunjukan ini juga menjadi ajang bagi seniman Bali untuk menunjukkan kreativitas mereka. Berbagai desa di Bali berkompetisi untuk menciptakan Ogoh-Ogoh terbaik dan tarian yang menyertainya, dengan tema-tema yang mengangkat berbagai aspek kehidupan di Bali. Tarian "Bibi Anu" berhasil meraih pujian karena keberhasilannya mendapatkan juara 1 lomba Ogoh-Ogoh dalam Kesangafes 2025 Kodya Denpasar dan juga mendapatkan gelar nominasi sebagai "Ogoh-Ogoh Terfavorit".

sumber foto: doc. pribadi

Dalam momen perayaan Hari Nyepi, tarian Ogoh-Ogoh "Bibi Anu" mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kehidupan material dan spiritual. Tarian ini mengajak kita untuk merenung, membersihkan diri, dan bersama-sama menciptakan dunia yang lebih harmonis.

Filosofi Tarian dan Ogoh-Ogoh "BIBI ANU"


sumber foto: doc. pribadi


"BIBIANU"

"Bibi" berarti ibu, "Anu" berarti sesuatu, Bibi Anu dalam hal ini memiliki arti sebuah anugrah dari seorang ibu. Peran ibu di dunia sangat mulia yang memiliki beberapa kelebihan (sekaligus sebagai kodratnya), seperti mengandung, melahirkan, menyusui anak, serta menjadi seorang perempuan dan istri yang berperan penting dalam kehidupan. Di tengah tanggung jawab sebagai seorang ibu mengandung janinnya tentu akan diselimuti dengan berbagai ancaman, baik dari dalam diri maupun luar diri. Sehingga ia harus mampu menjaga diri akan gangguan yang terlihat maupun tidak terlihat. Dalam hal ini begitu beratnya tanggung jawab seorang ibu, dengan demikian ia ingin menyampaikan sedikit pesan kepada anak yang di kandungnya supaya kelak berguna sepanjang hidup sang buah hati melalui petikan tembang pupuh pucung yang berjudul "Bibi Anu".

Sebelum sang ibu menyampaikan pesan kepada ananya, ia harus terlebih dahulu membersihkan dirinya, baik lahir maupun batin. Sebab, hanya dengan hati yang suci dan pikiran yang jernih, pesan yang disampaikan akan penuh makna dan keberkahan. Ibu harus menjaga diri dari segala hal yang dapat mengotori jiwa, menghindari niat yang tidak baik, serta mendekatkan diri kepada Tuhan agar pesan yang diberikan dapat menjadi cahaya bagi kehidupan ananya kelak. Dengan demikian, setiap nasihat yang terucap bukan hanya sekadar kata, tetapi juga doa yang tulus demi kebaikan sang buah hati di sepanjang hidupnya.

Untuk video selengkapnya dapat dilihat di youtube: @RestuPinatih


Dengan keberagaman tema dan kreativitas dalam setiap tarian, Bali terus menjaga warisan budayanya yang khas dan terus menginspirasi masyarakat lokal maupun global. Pertunjukan Ogoh-Ogoh tahun ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang mendalam maknanya bagi masyarakat Bali dan dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

http://azzarahanynf.blogspot.com/2025/03/pesona-balimau-tradisi-minangkabau.html

Hiburan Tuan Muda

 "Hiburan Tuan Muda": Ketika Panggung Jadi Cermin Sosial dan Kritik Anak Muda Jakarta Jakarta, Mei 2025 — Gemerlap cah...

tari dibulan ramadan