Ramayana Ballet Prambanan Kembali Tampil di Panggung Terbuka Mulai Mei Ini
![]() |
Sumber Foto: Tiktok @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Sumber Foto: Tiktok @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Foto: @ramayanaprambanan |
![]() |
Sumber Foto: Tiktok @Obelix Sea View Jogja |
Indonesia itu kaya. Kaya budaya, kaya alam, dan kaya rasa. Kalau kamu ingin merasakan semuanya dalam satu tempat, kamu wajib datang ke Obelix Sea View Jogja! Tempat ini bukan cuma menawarkan pemandangan laut yang luar biasa indah, tapi juga menyuguhkan pengalaman budaya khas Indonesia yang autentik—dengan tarian tradisional dari berbagai daerah yang ditampilkan secara memukau!
Bayangkan berada di tepi bukit dengan hamparan laut biru di depan mata, langit senja perlahan berubah warna, dan di tengah suasana syahdu itu, para penari tradisional menampilkan tari-tarian khas daerah—penuh warna, makna, dan energi. Mulai dari Tari Saman dari Aceh yang kompak dan penuh semangat, Tari Pendet dari Bali yang lemah gemulai, hingga Tari Topeng dari Jawa Barat yang misterius dan filosofis—semuanya bisa kamu saksikan di satu panggung budaya: Obelix Sea View.
Salah satu daya tarik utama Obelix Sea View adalah pertunjukan budaya yang digelar di panggung terbuka berlatar alam. Suara gamelan berpadu dengan desiran angin laut menciptakan atmosfer magis saat penari-penari tampil mengenakan busana tradisional yang indah dan autentik.
Setiap akhir pekan, pengunjung disuguhi jadwal pertunjukan budaya yang berbeda—bukan hanya tarian Jawa, tapi juga tarian dari luar Jawa, termasuk Tari Kipas Pakarena dari Sulawesi Selatan, Tari Serimpi, hingga Tari Jaipong dari Sunda yang energik dan menggugah semangat.
Tarian-tarian yang ditampilkan bukan hanya indah untuk dilihat, tapi juga menyimpan makna sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, dan filosofi kehidupan. Melalui setiap gerakan, pengunjung diajak menyelami kekayaan budaya bangsa yang begitu luas dan mendalam. Inilah yang membuat Obelix Sea View bukan hanya tempat healing, tapi juga tempat belajar mencintai Indonesia lebih dalam.
Pengalaman kamu akan makin lengkap dengan sajian kuliner Nusantara yang tak kalah memikat. Ada gudeg Jogja yang manis legit, sate klathak khas Imogiri, nasi liwet Solo yang gurih, hingga es dawet dan wedang uwuh yang menyegarkan. Semua disajikan di area bersantap yang dirancang bernuansa tradisional, lengkap dengan ornamen etnik dan alat makan khas Jawa.
Kamu juga bisa menikmati berbagai spot foto cantik yang sarat nilai budaya. Ada gapura kayu ukir, pendopo tradisional, taman bunga warna-warni, hingga area dekorasi batik yang cocok untuk foto keluarga, pre-wedding, atau sekadar mempercantik feed Instagram.
Obelix Sea View bukan sekadar tempat nongkrong atau hunting foto, tapi tempat yang dibangun dengan tujuan luhur: melestarikan budaya Indonesia dan memperkenalkannya ke generasi muda. Melalui desain bangunan, pertunjukan seni, dan makanan, tempat ini mengajak kita semua untuk bangga dengan akar budaya sendiri.
📍 Lokasi: Bukit Patuk, Gunungkidul – hanya sekitar 30-40 menit dari pusat Kota Jogja
📅 Pertunjukan budaya tersedia setiap akhir pekan & hari libur nasional (jadwal bisa dicek melalui media sosial resmi Obelix Sea View)
Bawa kamera terbaikmu, ajak keluarga atau sahabat, dan bersiaplah menyaksikan Indonesia yang memesona—dalam satu tempat yang luar biasa.
Obelix Sea View Jogja bukan cuma tentang melihat keindahan, tapi juga tentang merasa dan meresapi budaya Indonesia.
Dari ujung kepala hingga ujung kaki, dari Sabang sampai Merauke, setiap tarian yang dipentaskan adalah wujud cinta pada tanah air. Jangan cuma dengar cerita—datang dan rasakan sendiri magisnya!
![]() |
Sumber Foto: Pinterest. |
![]() |
Sumber Foto: Tiktok @halokrw |
![]() |
Sumber Foto: Tiktok |
![]() |
Sumber Foto: Tiktok @ktf.ui |
BARA adalah sebuah pementasan teater dansikal yang dipersembahkan oleh Komunitas Teater Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (KTF UI) bekerja sama dengan Radha Sarisha. Mengangkat tema keresahan identitas dan keterasingan anak muda di perantauan, pertunjukan ini mencoba menggugah kembali ingatan tentang akar budaya dan rumah yang sering terlupakan.
Disutradarai oleh Glenniel Yemima Wajong dan ditulis bersama Annabel Adeline Nathaniala, BARA bukan cuma soal cerita, tapi juga soal pengalaman. Penonton diajak menyelami narasi lewat visual yang dramatis, musik yang menyentuh, dan tari-tarian yang megah—dari tradisional hingga kontemporer. Karya ini makin lengkap dengan arahan artistik dari Dyan Lidiyana dan iringan musik yang digarap khusus oleh Imam Firmansyah. Koreografi energik juga dihadirkan oleh Jamilah Siregar dan Naura Aziza Zabidi, yang berhasil memadukan gerak etnik dengan ekspresi kekinian yang relatable banget buat anak muda zaman sekarang.
Yang bikin makin keren, pertunjukan ini nggak cuma fokus di satu gaya tari. Ada unsur tradisional Nusantara yang dibaurkan dengan gerakan teatrikal modern, bikin karya ini berasa ‘hidup’ di panggung. Visualnya kuat, isi ceritanya relevan, dan yang paling penting—pesannya nyentuh banget.
Pagelaran ini juga jadi ajakan terbuka bagi generasi muda untuk kenal lebih dekat sama budaya Indonesia, tapi dengan cara yang fun, estetik, dan jauh dari kata kuno. Ini bukan cuma nonton pertunjukan, tapi ngerasain pengalaman yang menyentuh rasa dan identitas kita sebagai anak bangsa.
Tiket bisa kamu pesan langsung lewat link: bit.ly/PagelaranBara. Buruan sebelum kehabisan, karena vibes-nya bakal sayang banget kalau kamu lewatin!
![]() |
sumber foto: doc. pribadi |
Denpasar, 29 Maret 2025 --- Ribuan wisatawan membanjiri
jalanan Ubud, Bali, menjelang Hari Raya Nyepi yang jatuh pada 29 Maret 2025,
bertepatan dengan bulan suci Ramadan. Suasana Bali yang biasanya ramai menjadi
hening, menyelimuti pulau dalam ketenangan spiritual yang mendalam. Namun
sehari sebelumnya, kemeriahan parade Ogoh-Ogoh menjadi panggung budaya dan
kritik sosial yang memukau dunia, menyatukan warga lokal dan wisatawan dalam
semangat toleransi dan penghormatan pada tradisi leluhur. Di tengah deretan
boneka raksasa itu, tersimpan pesan-pesan mendalam tentang kondisi sosial,
lingkungan, dan moralitas bangsa.
![]() |
foto: doc. pribadi |
Pulau Bali, khususnya kawasan
Ubud, penuh sesak oleh wisatawan asing yang ingin menyaksikan keunikan budaya
ini secara langsung. Uniknya, mereka tidak hanya berfoto dan merekam video,
tetapi juga larut dalam suasana. Bahkan, beberapa wisatawan asing terlihat
turut membantu mengangkat ogoh-ogoh, ikut berjalan sambil tertawa bersama para
pemuda lokal. Momen ini menjadi potret nyata kekaguman dan penghargaan bule
terhadap budaya Indonesia.
![]() |
sumber foto: doc. pribadi |
"Bibi" berarti ibu,
"Anu" berarti sesuatu, Bibi Anu dalam hal ini memiliki arti sebuah
anugrah dari seorang ibu. Peran ibu di dunia sangat mulia yang memiliki
beberapa kelebihan (sekaligus sebagai kodratnya), seperti mengandung,
melahirkan, menyusui anak, serta menjadi seorang perempuan dan istri yang
berperan penting dalam kehidupan. Di tengah tanggung jawab sebagai seorang ibu
mengandung janinnya tentu akan diselimuti dengan berbagai ancaman, baik dari
dalam diri maupun luar diri. Sehingga ia harus mampu menjaga diri akan gangguan
yang terlihat maupun tidak terlihat. Dalam hal ini begitu beratnya tanggung
jawab seorang ibu, dengan demikian ia ingin menyampaikan sedikit pesan kepada
anak yang di kandungnya supaya kelak berguna sepanjang hidup sang buah hati
melalui petikan tembang pupuh pucung yang berjudul "Bibi Anu".
Sebelum sang ibu menyampaikan
pesan kepada ananya, ia harus terlebih dahulu membersihkan dirinya, baik lahir
maupun batin. Sebab, hanya dengan hati yang suci dan pikiran yang jernih, pesan
yang disampaikan akan penuh makna dan keberkahan. Ibu harus menjaga diri dari
segala hal yang dapat mengotori jiwa, menghindari niat yang tidak baik, serta
mendekatkan diri kepada Tuhan agar pesan yang diberikan dapat menjadi cahaya
bagi kehidupan ananya kelak. Dengan demikian, setiap nasihat yang terucap bukan
hanya sekadar kata, tetapi juga doa yang tulus demi kebaikan sang buah hati di
sepanjang hidupnya.
Untuk video selengkapnya dapat dilihat di youtube: @RestuPinatih
Teras Berita:
Punya keinginan untuk mengasah gerak dan ekspresi (belajar menari) tapi masih bingung mau mulai dari mana? Tenang, dunia tari itu luas dan penuh warna — tinggal pilih gaya dan tempat yang paling sesuai dengan tujuanmu. Kalau kamu ingin tampil lebih menonjol dengan teknik tari yang beragam sekaligus menjajal dunia drama tari, Swargaloka, sanggar yang namanya sudah mendunia, bisa jadi panggung awalmu. Bagi yang ingin melestarikan budaya lewat gerak tradisional, Sanggar Tari Kita menawarkan pengalaman mendalam dalam tari-tari klasik Indonesia. Ingin menari sambil menikmati kekayaan budaya Nusantara? Anjungan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) siap membawamu berkeliling budaya lewat tarian. Tapi kalau kamu hanya ingin mencoba-coba, bersenang-senang, atau sekadar melepas penat lewat gerakan ringan, Mall Margocity Depok bisa jadi tempat seru untuk sekilas mencicipi dunia tari.
![]() |
Jl. Sumur Bungur No.51, RT.1/RW.3, Setu, Kec. Cipayung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13880 |
Hingga kini, Swargaloka telah menggelar pertunjukan di berbagai negara Asia dan Eropa, membawa kekayaan tarian tradisi Indonesia ke panggung dunia. Pada 21 Mei 2017, misalnya, Opera Tari Swargaloka “Ref (Using)” yang didukung Bakti Budaya Djarum Foundation dipentaskan di Gedung Wanita Banyuwangi dan kemudian diundang tampil di festival-festival internasional . Tak hanya itu, karya koreografer muda Bathara Saverigadi Dewandoro (Ara), penari dan sutradara yang merintis tari “Sun Kembang Using” (2017) dan “Bumilangit” (2022), semakin memantapkan reputasi global Swargaloka .
Taman Seni Swargaloka di Yogyakarta kini menjadi pusat latihan dengan aula pertunjukan berskala menengah, studio tari, galeri seni, dan kafe budaya. Lingkungan kreatif ini dirancang agar peserta didik dan seniman dapat berkolaborasi, bereksperimen, dan menggelar pameran maupun pentas rutin.
Melalui misinya “Menebar inspirasi untuk Indonesia,” Swargaloka tidak hanya melestarikan warisan tari tradisional, tetapi juga menciptakan inovasi yang diterima di kancah internasional. Penghargaan dari Kemendikbud, undangan festival di negara-negara sahabat, dan testimoni alumninya yang kini berkarya di pentas dunia membuktikan bahwa Swargaloka adalah tempat belajar seni tari yang hampir mendunia karena karya-karyanya yang hebat.
![]() |
Jl. Kerja Bakti Jl. Timbul No.6, RT.6/RW.2, Makasar, Kec. Makasar, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 13570 |
![]() |
Sumber Foto: Instagram @tmiiofficial |
kalau kamu hanya ingin mencoba-coba, bersenang-senang, atau sekadar melepas penat dari rutinitas harian lewat gerakan tubuh yang ringan dan menyenangkan, Mall Margocity Depok bisa menjadi pilihan yang tepat untuk mencicipi dunia tari tanpa tekanan. Tempat ini sering menghadirkan kelas atau pertunjukan tari yang bersifat terbuka dan kasual, cocok bagi siapa saja yang ingin merasakan sensasi menari tanpa harus langsung terikat pada komitmen jangka panjang atau suasana sanggar yang formal. Suasana santai di tengah pusat perbelanjaan juga memungkinkanmu menari sambil bersosialisasi atau menikmati hiburan lain, menjadikan pengalaman belajar menari sebagai sesuatu yang ringan, inklusif, dan menyenangkan. Cocok banget buat kamu yang masih ragu, tapi penasaran ingin menjajal dunia seni ini!
Itulah 4 Rekomendasi Tempat yang tepat jika kamu ingin memulai untuk belajar berekspresi melalui budaya indonesia, yaitu "Seni Tari". Tak perlu ragu untuk mulai — yang terpenting adalah langkah pertamamu. Entah ingin menari secara serius, belajar budaya, atau sekadar mencoba sesuatu yang baru, ada tempat yang cocok untukmu. Dengan pilihan seperti Swargaloka, Sanggar Tari Kita, TMII, hingga yang lebih santai seperti Mall Margocity Depok, dunia tari terbuka lebar untuk siapa saja. Karena setiap gerakan adalah awal dari perjalanan yang bisa memperkaya jiwamu — dan siapa tahu, justru di sanalah kamu menemukan panggilan sejatimu.
![]() |
sumber foto: Instagram @swargalokaart |
![]() |
sumber foto: Instagram @swargalokaart |
![]() |
sumber foto: Instagram @swargalokaart |
Pertunjukan "Beksan Telaga Angsa" garapan Swargaloka Art menyita perhatian publik dengan menghadirkan kolaborasi unik antara musik balet klasik Swan Lake karya Pyotr Ilyich Tchaikovsky dan keanggunan tari tradisional Jawa gaya Bedhayan. Tayang perdana pada 1 April 2025 di YouTube, karya ini telah memikat ribuan penonton dan menuai pujian atas keindahan visual dan makna spiritual yang diusung.
![]() |
Foto: @swargalokaart |
Karya ini merupakan interpretasi unik dari musik Swan Lake karya komponis legendaris Rusia, Pyotr Ilyich Tchaikovsky, yang dikemas dalam estetika tari Bedhayan khas Jawa. Disutradarai dan dikoreografi oleh Bathara Saverigadi Dewandoro, pertunjukan ini menampilkan tarian yang memvisualisasikan kisah Putri Odette dengan kelembutan dan keanggunan gerak khas budaya Jawa.
![]() |
Foto: @swargalokaart |
“Beksan Telaga Angsa” tidak hanya menyuguhkan keindahan visual, namun juga membawa pesan spiritual dan universal tentang cinta suci, kesetiaan, dan harapan. Melalui iringan musik yang digarap oleh Artaxiad Gamelan Syndicate dan sentuhan visual artistik dari MUA Dio Tabah, setiap elemen dalam pertunjukan ini menjadi simbol harmoni antara Timur dan Barat.
Tersaji dalam dua versi— Versi Panggung dan Versi Pendhapa —pertunjukan ini juga didukung oleh para penari berbakat seperti Afrilia Mustika Sari, Silviana Indah Fitranenti, hingga Raga Ayu Arsha Irmana. Produksi kostum oleh Atik Collection dan sinematografi oleh M Tommy Kurniawan turut menyempurnakan sajian yang telah viral di media sosial, termasuk TikTok dengan lebih dari 17 ribu suka.
Pertunjukan ini tidak sekadar penampilan seni, namun menjadi bentuk penghormatan terhadap tradisi dan warisan budaya, serta persembahan spiritual untuk merayakan janji suci cinta. Swargaloka Art kembali membuktikan komitmennya dalam merangkul warisan budaya melalui pendekatan kontemporer yang menginspirasi.
Ulang tahun ke-50 TMII dirayakan meriah dengan ribuan penonton yang disuguhi pertunjukan budaya spektakuler. Mulai dari tarian Kecak yang bikin TMII serasa di Bali, hingga aksi 500 penari cilik yang membawakan Tari Saman. Ditambah deretan artis papan atas dan kehadiran publik figur seperti Nagita Slavina, pesta budaya ini benar-benar jadi panggung kebanggaan Indonesia.
Jakarta — Taman Mini Indonesia Indah (TMII) benar-benar jadi sorotan di usianya yang ke-50 tahun. Dengan tema “Bersama Menjelajah Cerita Baru,” TMII menghadirkan sebuah perayaan budaya terbesar tahun ini lewat Pesta Rakyat Nusantara yang berlangsung dari 18–27 April 2025. Perayaan ini menyuguhkan pertunjukan seni dan budaya dari seluruh pelosok negeri yang dikemas dengan gaya kekinian tanpa meninggalkan nilai tradisi.
![]() |
Foto: Doc.Pribadi |
Tak kalah megah, lebih dari 500 penari cilik dari berbagai daerah tampil memukau lewat Tari Saman. Gerakan serempak dan energi yang ditampilkan anak-anak ini membuat penonton terharu sekaligus bangga. Atraksi ini bukan hanya soal hiburan, tapi juga bukti bahwa pelestarian budaya terus hidup di tangan generasi muda.Selain parade tari tradisional seperti Rejang Taksu Bhuwana, Bondan Kendi, Rampak Barong, dan Tarian Peranakan Tionghoa-Betawi.
![]() |
Foto: Instagram @tmiiofficial |
TMII juga menyiapkan fasilitas yang ramah pengunjung seperti shuttle gratis dari LRT TMII dan tiket masuk yang bisa dibeli online. Ini menjadikan perayaan besar ini tidak hanya meriah, tapi juga tertib dan nyaman untuk semua kalangan.
Direktur Utama TMII, Intan Ayu Kartika, menyampaikan bahwa ulang tahun emas ini adalah momentum untuk menjadikan TMII sebagai ruang budaya yang lebih inklusif dan modern. “Kami ingin menjangkau lebih banyak generasi muda agar terus mencintai budaya mereka,” ujarnya.
Di usia setengah abad ini, TMII telah membuktikan diri sebagai panggung budaya Indonesia yang tetap relevan dan semakin hidup. Dari gemuruh Kecak, semangat Saman, hingga lantunan musik pop di panggung megah, semuanya menjadi bukti: Indonesia itu kaya, indah, dan luar biasa.
Info selengkapnya dapat dilihat di Media Sosial Instagram Taman Mini Indonesia Indah @tmiiofficial
![]() |
Sumber Foto: Google |
![]() |
Sumber Foto: Google |
Makassar, 18 April 2025 – Perayaan Cap Go Meh 2025 di Makassar sukses mencuri perhatian masyarakat, bukan cuma karena kemeriahannya, tapi juga karena penampilan dua tarian yang belakangan ini ramai dibicarakan di media sosial. Tari Kreasi Harmoni Nusantara dan Tari Pepe-Pepeka Ri Makka jadi highlight acara yang digelar di Jalan Sulawesi, Sabtu (8/2).
Tari Kreasi Harmoni Nusantara tampil memukau dengan kolaborasi gerakan dari berbagai daerah Indonesia. Mulai dari gerakan khas Sulawesi Selatan, semangat Bali lewat Tari Kecak, hingga gemulai tarian Betawi dan Jawa Barat, semuanya dikemas dalam satu koreografi yang rapi dan penuh energi. Iringan musik tradisional yang dipadukan dengan sentuhan modern bikin penampilan ini terasa segar dan kekinian.
Namun yang paling viral adalah Tari Pepe-Pepeka Ri Makka. Tarian tradisional khas Makassar ini dikenal dengan elemen api yang dimainkan langsung oleh para penarinya. Mereka dengan berani menyentuhkan obor ke tubuh tanpa takut terbakar, sambil tetap menjaga ritme dan ekspresi gerakan. Nama tarian ini berasal dari kata “Pepe” yang berarti api, dan “Ri Makka” yang merujuk pada kota suci Mekkah, sehingga tarian ini juga sarat makna spiritual dan simbol keberanian.
Banyak penonton langsung mengabadikan momen ini lewat ponsel dan mengunggahnya ke TikTok dan Instagram, membuat tarian ini viral dalam hitungan jam. Komentar seperti “keren banget sampai merinding” dan “ini sih levelnya udah internasional” membanjiri postingan warganet.
Seorang penonton bernama Karel menyebut pertunjukan ini luar biasa dan sangat menghibur. “Ini pertama kalinya saya nonton live, dan rasanya mind-blowing banget. Anak saya sampai ikut nari di tempat duduk,” ujarnya sambil tertawa. Sementara Dafa, penonton lain, mengaku terpukau dengan aksi para penari api. “Gokil sih, ini beneran magic apa gimana, kok bisa nggak kebakar?”
Ketua Permabudhi Sulawesi Selatan, Yonggris, dalam sambutannya mengatakan bahwa Cap Go Meh bukan cuma sekadar festival budaya, tapi juga bentuk nyata kebersamaan dan toleransi antarsuku dan agama. “Makassar adalah contoh kota yang damai dalam keberagaman, dan acara ini jadi penguat semangat itu,” katanya.
Cap Go Meh 2025 bukan cuma festival budaya, tapi juga jadi ajang viral yang memperkenalkan seni tari lokal ke panggung nasional—bahkan mungkin global.
"Hiburan Tuan Muda": Ketika Panggung Jadi Cermin Sosial dan Kritik Anak Muda Jakarta Jakarta, Mei 2025 — Gemerlap cah...