Mahasiswi Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Selasa, 27 Mei 2025

“Tahta Mas Rangsang”

“Tahta Mas Rangsang”: Lantai Panggung Menyala oleh Gairah Sejarah Bercampur dengan Jiwa Seni Tari


Panggung gemetar. Lampu sorot berpendar lembut. Puluhan penari bersatu dalam gerak yang anggun namun menggelegar, menyuarakan kisah masa lalu yang terlupakan. Malam itu, Sanggar Tari Swargaloka menghadirkan sebuah suguhan megah bertajuk “Tahta Mas Rangsang” — dan para penonton tahu, mereka sedang menyaksikan lebih dari sekadar pertunjukan. Mereka sedang menyaksikan sebuah kebangkitan.

Dalam gelap yang tenang, satu per satu sorotan lampu menyala di atas panggung. Musik tradisional mulai mengalun, perlahan namun menghunjam. “Tahta Mas Rangsang” bukan hanya sebuah tarian. Ini adalah fragmen sejarah yang dibangkitkan lewat tubuh dan gerak, kisah seorang raja Jawa yang tak hanya dikenal karena keberaniannya di medan perang, tetapi juga karena jiwanya yang lekat dengan kesenian, spiritualitas, dan cinta akan kemanusiaan.


Menelusuri Jejak Rangsang, Raja yang Juga Manusia

Sumber Foto: Tri Atmidini

Tari ini terinspirasi dari sosok Sultan Agung Hanyakrakusuma, raja legendaris dari Mataram Islam yang nama kecilnya adalah Raden Mas Rangsang. Namun, Swargaloka tidak memilih narasi besar tentang peperangan atau kejayaan semata. Mereka justru menampilkan sisi yang lebih sunyi dan manusiawi dari sang raja — Rangsang sebagai pribadi yang bergulat antara kekuasaan dan kerinduan akan ketenangan jiwa.

Tari ini menyajikan representasi mendalam dari sosok pemimpin yang tidak hanya dihormati karena tahtanya, melainkan juga karena kemampuannya menelusuri makna hidup yang lebih esensial. Kekuatan sejati, dalam pertunjukan ini, tampak bukan berasal dari mahkota dan pedang, melainkan dari perjuangan batin dan kesadaran spiritual.


Gerak yang Menyentuh dan Menggetarkan

Sumber Foto: Tri Atmidini

Yang membuat penampilan ini begitu berkesan adalah perpaduan antara elemen tari klasik Jawa dengan sentuhan kontemporer yang terjalin begitu alami. Para penari Swargaloka tampil dalam kostum batik sogan khas keraton, dililit rapi di tubuh-tubuh yang sebagian besar tak berbalut atasan. Bukan sekadar estetika tubuh, melainkan simbolisasi dari kerentanan dan kekuatan yang berpadu dalam harmoni budaya Jawa.

Gerakan mereka mengalir seperti air, namun setiap hentakan kaki dan kibasan tangan membawa intensitas emosional yang kuat. Ada rasa rindu, amarah, ketaklukan, dan cinta, semua bergantian menyapa batin penonton. Tak berlebihan bila banyak yang menahan napas, seolah takut mengganggu dialog bisu antara panggung dan jiwa mereka sendiri.


Dialektika Kekuasaan dan Kemanusiaan

Sumber Foto: Tri Atmidini

Judul “Tahta Mas Rangsang” sendiri membawa dualitas makna. “Tahta” adalah lambang kekuasaan, otoritas, dan tanggung jawab besar, sementara “Mas Rangsang” mengingatkan pada masa muda Sultan Agung yang masih dipenuhi ambisi, kepolosan, dan idealisme. Tari ini memunculkan dialektika batin, memperlihatkan bagaimana seorang raja juga manusia — rentan, bertanya-tanya, dan mencari pegangan dalam sunyi.

Pertunjukan ini menjadi semacam ruang refleksi, bukan hanya bagi karakter utama yang ditampilkan, tetapi juga bagi penonton: sejauh mana kekuasaan bisa sejalan dengan kemanusiaan? Apa harga dari sebuah tahta? Mampukah seorang manusia tetap utuh dalam pusaran ambisi dan beban sejarah?


Spiritualitas Sebagai Pusat Kesadaran

Sumber Foto: Tri Atmidini

Dalam sejarah, Sultan Agung dikenal bukan hanya sebagai tokoh militer dan politik, tapi juga seorang pemikir spiritual. Elemen itu diterjemahkan Swargaloka ke dalam gerak yang meditatif, ritmis, dan penuh pengendalian diri. Tari ini menyuarakan pesan bahwa tahta sejati berada di dalam, bukan di atas kepala — melainkan di hati yang bening dan jiwa yang sadar.

Gerakan dalam tari ini mencerminkan filosofi Jawa yang mendalam: cipta, rasa, dan karsa. Semuanya terajut menjadi satu melalui tubuh para penari yang menghidupkan makna-makna simbolik. Setiap tarikan napas dan lenggokan tubuh menyampaikan laku hidup sang raja — perjalanan dari ambisi ke kebijaksanaan.


Refleksi Zaman Kini dalam Bayang Sejarah

“Tahta Mas Rangsang” bukan sekadar pertunjukan sejarah. Ini adalah cermin bagi generasi kini, mengajak kita berpikir ulang tentang bagaimana kita memahami kepemimpinan, tanggung jawab, dan eksistensi manusia dalam dunia yang terus bergerak cepat. Tari ini menghadirkan kontemplasi, bukan hanya hiburan.

Di penghujung pertunjukan, para penari membentuk formasi siluet sang raja, hanya tampak dari bayangan dan cahaya. Sebuah ending yang puitis, seolah menyampaikan pesan bahwa jejak kepemimpinan sejati tidak selalu terlihat, tetapi terasa.


Swargaloka: Rumah Jiwa-jiwa Penari yang Pemberani

Sumber Foto: Tri Atmidini

Sanggar Tari Swargaloka kembali membuktikan bahwa mereka bukan sekadar komunitas seni tari — mereka adalah penjaga warisan budaya yang hidup, relevan, dan menyentuh. Tak hanya menyajikan pertunjukan, malam itu Swargaloka juga membuka ruang diskusi mengenai proses kreatif yang panjang dan penuh riset, memperlihatkan bahwa karya ini lahir dari ketekunan, penggalian nilai, dan kesetiaan pada akar budaya.

Ketika lampu panggung padam dan penonton berdiri memberikan standing ovation, satu hal menjadi jelas: “Tahta Mas Rangsang” telah menyentuh sesuatu yang lebih dalam dari sekadar mata. Ia menyentuh ingatan, batin, dan kesadaran.

Dan siapa pun yang hadir malam itu, mereka tidak pulang sebagai orang yang sama.

Puluhan Penari Muda Unjuk Kebolehan dalam Kompetisi Budaya 2025

Kompetisi Perlombaan Ratoh Jaroe Semarakkan AEON Mall Tanjung Barat


Tanjung Barat, Jakarta Selatan — Suasana berbeda terasa di AEON Mall Tanjung Barat pada Sabtu, 23 Maret 2025. Dentuman musik tradisional Aceh mengalun nyaring, menyatukan gerakan puluhan remaja berseragam warna-warni dalam sebuah tarian kolosal khas Tanah Rencong: Ratoh Jaroe. Kompetisi tahunan yang kembali digelar ini berhasil menyedot perhatian para pengunjung pusat perbelanjaan tersebut sekaligus menghidupkan semangat pelestarian budaya di tengah gemerlap kota metropolitan.

Event bertajuk Ratoh Jaroe Competition ini menjadi magnet utama dalam rangkaian acara budaya yang diselenggarakan AEON Mall Tanjung Barat. Dengan menghadirkan belasan grup penari dari berbagai sekolah dan sanggar seni di Jabodetabek, kompetisi ini tidak hanya menjadi ajang unjuk bakat tetapi juga medium edukasi dan pelestarian budaya bagi generasi muda.

> "Kami sangat bangga bisa menjadi tuan rumah bagi kegiatan budaya seperti ini. Selain sebagai hiburan bagi pengunjung mall, kompetisi ini juga menjadi bentuk dukungan kami terhadap seni tradisional Indonesia," ujar perwakilan manajemen AEON Mall Tanjung Barat dalam keterangan resmi mereka di akun Instagram @aeonmall_tanjungbarat.


Dalam unggahan video berdurasi sekitar satu menit tersebut, tampak para penari muda mengenakan kostum khas Aceh berwarna mencolok—kuning, merah, dan biru muda—berlutut berjajar rapi di atas panggung bermotif geometris. Gerakan tangan yang serempak dan ekspresi penuh semangat menciptakan koreografi padu yang memukau. Penampilan ini memikat para penonton yang memadati area atrium, bahkan beberapa pengunjung dari lantai atas pun terlihat berhenti untuk menyaksikan aksi memukau tersebut.

Selain menjadi ajang kompetisi, acara ini juga diisi dengan berbagai bentuk penghargaan bagi peserta terbaik. Masing-masing grup dinilai berdasarkan kekompakan, kreativitas koreografi, ekspresi, serta kostum dan penguasaan panggung. AEON Mall Tanjung Barat pun menyampaikan apresiasinya kepada seluruh peserta melalui unggahan di media sosial:


Sumber Foto: Instagram @aeonmall_tanjungbarat


> "Terima kasih kepada adik-adik yang sudah berpartisipasi di lomba Ratoh Jaroe dan selamat kepada pemenang lomba Ratoh Jaroe! See you on next competition."


Dengan mengusung semangat inklusivitas dan partisipatif, kegiatan ini membuktikan bahwa budaya lokal masih memiliki tempat tersendiri di hati anak muda Indonesia. Banyak dari peserta yang sebelumnya telah menjalani latihan intensif selama berminggu-minggu, didampingi oleh pelatih seni dari sekolah atau komunitas daerah masing-masing.

Seorang guru pembimbing dari salah satu sekolah yang ikut serta menyampaikan kebanggaannya terhadap anak-anak didiknya. "Mereka berlatih dengan serius, tidak hanya menghafal gerakan, tetapi juga memahami makna di balik tarian ini yang penuh nilai persaudaraan dan kedisiplinan," ungkapnya.

Tarian Ratoh Jaroe sendiri merupakan tarian tradisional dari Aceh yang biasanya dimainkan oleh perempuan dalam posisi duduk berderet dan melakukan gerakan tangan secara ritmis dan harmonis. Dalam beberapa tahun terakhir, tarian ini semakin populer dan kerap dipentaskan dalam berbagai forum nasional hingga internasional.

Dengan kesuksesan penyelenggaraan acara ini, AEON Mall Tanjung Barat berharap dapat terus menggelar event serupa di masa mendatang sebagai bentuk kontribusi terhadap dunia seni budaya Indonesia. Selain itu, mall ini juga terus mengukuhkan diri bukan hanya sebagai tempat belanja, tetapi juga sebagai ruang publik yang mendukung ekspresi budaya dan komunitas kreatif.

Ajang Ratoh Jaroe Competition ini menjadi pengingat bahwa di tengah modernitas, warisan budaya tetap mampu berbicara dengan caranya sendiri—menggugah, mendidik, dan tentu saja, mempersatukan.

Kelas Tari K-Pop Dancelifex.id di AEON Mall Tanjung Barat

K-Pop Kini Menjadi Lifestyle dan Kreativitas Para Muda Mudi Jakarta 

JAKARTA SELATAN – Denyut budaya Korea kembali terasa kuat di jantung ibu kota. Kali ini, pusat perbelanjaan AEON Mall Tanjung Barat menjadi saksi antusiasme anak muda yang memadati area lantai utama untuk mengikuti Dance Class K-Pop bersama koreografer profesional asal Korea Selatan, Howl Lee, dan komunitas tari ternama @dancelifex.id.


Studio Tari Modern dengan Sentuhan Global

Sumber Foto: http://www.dancelifex.id

DanceLife X dikenal sebagai studio tari terbesar di Kanada dan kini memperluas jangkauannya ke Indonesia.  Di AEON Mall Tanjung Barat, studio ini menghadirkan suasana belajar yang energik dan profesional, dengan fasilitas lengkap dan pelatih berpengalaman.  Kelas-kelas yang ditawarkan mencakup berbagai genre seperti K-POP, Hip Hop, Jazz Funk, Commercial Choreography, hingga tari tradisional.

Dilansir dari acara yang digelar oleh Mall Aeon Tanjung Barat pada Sabtu, 27 April 2025, DanceLife X sukses menyedot perhatian para pengunjung mal dan pencinta K-pop dari berbagai wilayah Jakarta dan sekitarnya. Dengan mengusung konsep open session yang dikemas energik dan interaktif, peserta diajak langsung mempelajari koreografi lagu-lagu K-pop terkini yang sempat viral di TikTok maupun YouTube.

Sumber Foto: Instagram @dancelifex.id

Koreografer Howl Lee, yang dikenal sebagai pelatih tari berbagai idol Korea dan kreator gerakan viral dalam industri hiburan Asia, tampil membawakan suasana energik di atas panggung sederhana yang dikelilingi dekorasi alami dan suasana indoor modern khas AEON Mall. Mengenakan kaus hitam dan celana training bergaris, ia menunjukkan gerakan khas K-pop yang dinamis namun tetap estetis, didampingi oleh para mentor dari Dancelifex.id.

Kelas tari ini tidak hanya menjadi ajang belajar, tetapi juga menjadi ruang ekspresi dan pertemuan antar-penggemar budaya Korea. Para peserta terlihat antusias mengikuti irama lagu “TOO BAD” dari G-Dragon & Anderson .Paak, lengkap dengan semangat pantang menyerah untuk menaklukkan setiap kombinasi gerak yang ditunjukkan.

Pihak AEON Mall Tanjung Barat mengungkapkan bahwa program seperti ini merupakan bagian dari strategi mereka untuk memperluas aktivitas komunitas anak muda sekaligus mendekatkan pusat belanja dengan gaya hidup urban saat ini.

Fleksibilitas dan Aksesibilitas

Sumber Foto: http://www.dancelifex.id


Salah satu keunggulan DanceLife X adalah fleksibilitas dalam memilih kelas.  Dengan jadwal yang beragam, peserta dapat menyesuaikan waktu latihan sesuai kebutuhan mereka.  Selain itu, lokasi studio yang strategis di AEON Mall Tanjung Barat memudahkan akses bagi warga Jakarta Selatan dan sekitarnya. 

Promo dan Harga Terjangkau

Untuk menarik minat masyarakat, DanceLife X menawarkan promo menarik dengan diskon hingga 75% untuk kelas-kelas tertentu  . Harga kelas pun terjangkau, mulai dari Rp 55.000 hingga Rp 85.000 per sesi, memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk belajar menari tanpa harus merogoh kocek dalam-dalam  .

Informasi dan Pendaftaran

Sumber Foto: Instagram @dancelifex.id

Bagi kamu yang tertarik untuk bergabung, informasi lebih lanjut dan pendaftaran kelas dapat dilakukan melalui situs resmi DanceLife X Indonesia di www.dancelifex.id atau melalui WhatsApp di nomor 0811-1000-7911.  Jangan lewatkan kesempatan untuk menjadi bagian dari komunitas tari yang dinamis dan inspiratif di Jakarta!

Kelas tari seperti ini menjadi bukti bahwa gelombang hallyu atau Korean Wave masih memiliki tempat spesial di hati anak muda Indonesia. Dari musik, fashion, hingga gaya hidup, K-pop kini bukan sekadar tren musiman, melainkan telah bertransformasi menjadi budaya pop global yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari generasi Z dan milenial.

Dengan kolaborasi lintas negara dan komunitas seperti ini, semangat seni tari tidak hanya terbatas di panggung-panggung profesional, tetapi juga hidup di tengah masyarakat—menumbuhkan semangat berlatih, mengekspresikan diri, dan membangun solidaritas.

SALAM DANCE, SALAM ENERGI POSITIF!



Ruang Publik Jadi Panggung Seni

Kelas Tari Tradisional Gratis Hadir Rutin di AEON Mall Tanjung Barat

Sumber Foto: Belantarabudaya


Jakarta – Semarak pelestarian budaya semakin terasa di jantung kota Jakarta Selatan. Setiap hari Jumat pukul 15.00–16.30 WIB, lantai 2 AEON Mall Tanjung Barat disulap menjadi ruang belajar dan ekspresi seni budaya dalam bentuk Kelas Tari Tradisional, yang terbuka secara gratis untuk umum. Inisiatif ini digagas oleh Yayasan Belantara Budaya Indonesia, lembaga yang telah dikenal aktif dalam upaya pelestarian kesenian dan literasi di tengah masyarakat urban.

Kelas ini bukan hanya menjadi ajang pelatihan tari bagi para pemula hingga penari berpengalaman, tetapi juga menjadi bagian dari perlawanan terhadap lupa: lupa akan identitas budaya, akar tradisi, dan nilai-nilai luhur yang hidup dalam gerak tari Nusantara.

Kegiatan Budaya di Tengah Ruang Komersial



Menghadirkan kegiatan kebudayaan di dalam pusat perbelanjaan merupakan langkah strategis Belantara Budaya. Dengan memilih AEON Mall Tanjung Barat sebagai lokasi rutin, kegiatan ini berhasil menjangkau lebih banyak masyarakat dari berbagai latar belakang. Terletak di lantai 2, tepat di seberang gerai Nevada, suasana terbuka menjadikan kelas tari ini mudah diakses dan terlihat oleh pengunjung mall, menciptakan interaksi langsung antara pelaku budaya dan publik kota.

“Mall bukan hanya tempat belanja. Ia bisa menjadi panggung rakyat, tempat seni dipertontonkan dan dinikmati bersama,” ujar salah satu pengajar dari Yayasan Belantara Budaya.

Gratis dan Terbuka untuk Semua

Salah satu nilai utama dari kelas ini adalah keterbukaannya. Tidak ada batasan usia atau latar belakang. Setiap orang yang tertarik pada seni tari, atau sekadar ingin mencoba belajar gerakan dasar tari tradisional, dapat langsung mendaftar atau datang ke lokasi. Kelas ini gratis dan tidak dipungut biaya apa pun.

“Kami ingin menciptakan ruang belajar yang inklusif. Semua orang bisa menari, semua bisa belajar. Itulah semangat kami,” tambah pengurus Belantara Budaya.

Penyesuaian Selama Bulan Puasa

Untuk menghormati bulan suci Ramadan, jadwal kelas mengalami penyesuaian. Selama bulan puasa, Kelas Tari Tradisional diadakan setiap hari Jumat pada pukul 15.00 hingga 16.30 WIB, waktu yang dinilai lebih nyaman bagi peserta yang tengah menjalankan ibadah puasa. Penyesuaian ini juga berlaku untuk program budaya lainnya yang diselenggarakan yayasan, seperti Kelas Literasi Jepang yang berlangsung setiap Kamis pada jam yang sama.

Pihak penyelenggara juga telah mengingatkan bahwa perubahan jadwal bisa terjadi sewaktu-waktu, terutama pada momen-momen tertentu seperti hari libur nasional atau ketika area mall digunakan untuk kegiatan khusus.

Misi Pelestarian Lewat Aksi Nyata

Dengan menghadirkan kelas tari ini secara rutin, Yayasan Belantara Budaya ingin menekankan pentingnya pelestarian budaya sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Tari bukan hanya warisan, tetapi juga alat komunikasi, ekspresi diri, dan media pendidikan karakter. Kegiatan ini sekaligus menjadi bagian dari gerakan literasi budaya yang lebih luas, yang kini mulai menggeliat kembali di tengah masyarakat urban.

Masyarakat yang tertarik untuk mengikuti kelas ini dapat langsung datang ke lokasi atau mendaftar secara daring melalui tautan resmi yang disediakan oleh penyelenggara.

Untuk Informasi Lebih Lanjut

Untuk mendapatkan informasi lebih rinci mengenai jadwal, perubahan waktu, atau program-program lainnya, masyarakat dapat mengunjungi situs resmi Belantara Budaya Indonesia atau mengikuti akun media sosial mereka di Instagram (@belantarabudaya), Facebook (Belantara Budaya Indonesia), serta LinkedIn. Kontak langsung kepada pihak yayasan juga tersedia untuk pertanyaan terkait kegiatan, pendaftaran, atau kerjasama budaya.


Belantara Budaya Indonesia
Menghidupkan budaya, menyatukan Indonesia.
bit.ly/DaftarTari_BBIAEON




EKI Dance Company Pukau Penonton dengan Aksi Spektakuler

Energi Membara Musikal "Calon Arang" Guncang Galeri Indonesia Kaya


Sumber Foto: Instagram @indonesia_kaya

Jakarta, 17 Mei 2025 - Musikal bertema horor tradisional, Calon Arang, yang dipentaskan oleh EKI Dance Company sukses mengguncang panggung Galeri Indonesia Kaya pada Sabtu, 17 Mei 2025. Pertunjukan yang dibalut dalam konsep musikal modern ini menuai pujian dan kekaguman dari ratusan penonton yang memadati ruang pertunjukan sejak pukul 19.00 WIB.


Sumber Foto: Instagram @indonesia_kaya


Dibuka dengan atmosfer tegang dan koreografi penuh tenaga, pentas ini langsung menghipnotis penonton melalui elemen-elemen teatrikal yang energik. EKI Dance Company membuktikan sekali lagi kemampuannya dalam menghidupkan cerita klasik dengan sentuhan seni pertunjukan modern—dengan musik yang menggelegar, kostum teatrikal nan mencolok, serta gerakan tari yang terlatih dan menyatu dengan narasi.

Sumber Foto: Instagram @indonesia_kaya

Unggahan akun Instagram resmi Galeri Indonesia Kaya (@indonesia_kaya) turut menggambarkan suasana panas dari panggung. “Energinya membara dari awal sampai akhir!” tulis keterangan unggahan yang disertai foto dramatis dari pemeran utama yang berpose penuh ekspresi di tengah panggung bersama para penari lainnya. Unggahan tersebut juga menyebutkan bahwa penonton dibuat terpukau oleh setiap aspek pertunjukan—dari segi gerakan, musik, hingga kostum yang "semua pecah!".


Sumber Foto: Instagram @indonesia_kaya

Musikal Calon Arang sendiri diangkat dari cerita rakyat Jawa-Bali yang legendaris tentang penyihir sakti bernama Calon Arang yang mengamuk karena anaknya tak kunjung mendapat jodoh. Cerita ini dikenal dengan nuansa mistis dan kekuatan magis yang kental, menjadikannya tantangan tersendiri untuk diterjemahkan ke dalam format musikal. Namun EKI Dance Company berhasil menyulap kisah ini menjadi tontonan kontemporer yang tetap menghormati akar budaya lokal.


Sumber Foto: Instagram @indonesia_kaya

Kekuatan utama dari pementasan ini terletak pada paduan artistik yang apik antara tradisi dan modernitas. Penonton tak hanya disuguhi pertunjukan tari biasa, melainkan pengalaman teatrikal yang utuh. Musik latar yang megah mengiringi setiap adegan dengan tempo yang pas, memperkuat emosi dan dinamika panggung. Sementara itu, tata cahaya dramatis dan kostum merah-hitam yang dominan memberikan kesan magis sekaligus mengancam, sesuai dengan tema cerita.

“Ini bukan hanya pentas tari biasa, tapi seperti menonton film horor hidup yang dihidupkan dengan energi panggung,” ungkap salah satu penonton yang diwawancarai usai pertunjukan. Ia mengaku merinding saat melihat adegan ritual dan klimaks pertarungan antara Calon Arang dengan tokoh-tokoh spiritual.


Galeri Indonesia Kaya juga mengajak masyarakat untuk terus mengikuti berbagai pertunjukan budaya lainnya dengan mengunjungi situs resmi mereka di www.indonesiakaya.com. Platform ini menyediakan jadwal lengkap acara seni budaya yang digelar secara rutin, baik oleh seniman muda maupun kelompok teater profesional dari berbagai daerah.


Dengan capaian sukses ini, EKI Dance Company kembali menegaskan posisinya sebagai pionir dalam dunia teater musikal Indonesia. Mereka tidak hanya menampilkan pertunjukan hiburan, tetapi juga membangkitkan kembali nilai-nilai lokal melalui panggung modern yang bisa menjangkau generasi muda.


Untuk informasi lebih lanjut mengenai pertunjukan dan program budaya lainnya, publik dapat mengikuti akun resmi Galeri Indonesia Kaya di media sosial atau langsung mengakses situs web mereka.


Tentang EKI Dance Company:

EKI (Eksotika Karmawibhangga Indonesia) Dance Company adalah kelompok seni pertunjukan yang telah lama dikenal dalam pengembangan tari kontemporer dan musikal di Indonesia. Mereka rutin memproduksi pertunjukan yang menggabungkan tari, drama, musik, dan visual dalam satu kesatuan artistik.

Tentang Galeri Indonesia Kaya:

Galeri Indonesia Kaya adalah ruang budaya interaktif persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation yang berlokasi di Grand Indonesia, Jakarta. Tempat ini menjadi rumah bagi berbagai bentuk pertunjukan seni dan budaya, serta menjadi wadah pembelajaran bagi masyarakat untuk mengenal kekayaan budaya Nusantara.


Menggugah Antusiasme Internasional, Seni Tradisi Indonesia Bersinar di Panggung Dunia

Ariel Tatum dan Happy Salma Tampil Memukau Membawakan Tari Jaipong di Osaka World Expo 2025



Sumber Foto: Instagram @arieltatum


Osaka, Jepang – 8 Mei 2025, Paviliun Indonesia dalam perhelatan Osaka World Expo 2025 menjadi sorotan publik dunia melalui penampilan budaya yang menggugah. Artis kenamaan Ariel Tatum bersama aktris dan pelestari budaya Happy Salma sukses mempersembahkan Tari Jaipong yang memikat, diiringi lantunan gamelan tradisional Sunda dari kelompok Swarantara, dalam suasana pagi yang diselimuti rintik hujan tipis nan romantis.



Sumber Foto: Instagram @musiktrue

Aksi panggung ini mendapat sambutan luar biasa dari para tamu internasional dan warganet, serta menjadi viral di media sosial setelah dibagikan oleh akun resmi @musiktrue dan akun pribadi Ariel Tatum. Penampilan ini tidak hanya menampilkan keindahan estetika gerakan tari, tetapi juga membawa pesan kuat akan kekayaan dan keberagaman budaya Indonesia.


Sumber Foto: Instagram @arieltatum

Ariel Tatum dalam unggahan Instagram-nya mengungkapkan perjalanan personalnya dalam mendalami seni tari tradisional. “Ga nyangka beberapa tahun ini banyak diberkati pekerjaan menari. Awalnya hanya menari untuk pentas sekolah, lalu belajar Jawa untuk meditasi, lanjut Jaipongan, hingga kini bisa menari bersama Happy Salma dan kolaborasi dengan Uwais Team,” tulis Ariel. Ia juga menyoroti kolaborasi spesial dengan aktor laga Iko Uwais dan tim bela diri Uwais Team, yang turut menyuntikkan unsur pencak silat ke dalam pertunjukan.

Happy Salma, yang dikenal sebagai pelestari seni dan pendiri ruang seni Titimangsa, turut menunjukkan dedikasinya dalam menjaga dan menghidupkan warisan budaya Nusantara lewat kolaborasi ini. Penampilan mereka menjadi simbol kolaborasi lintas generasi dan disiplin seni yang harmonis.


Sumber Foto: Instagram @arieltatum

Dengan penampilan ini, Indonesia menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya pelestarian dan promosi budaya di kancah global. Paviliun Indonesia dalam Expo kali ini mengusung tema inklusivitas budaya dan keberlanjutan identitas bangsa melalui seni.


Harapan untuk Generasi Mendatang

Ariel dan Happy berharap aksi mereka dapat menginspirasi lebih banyak generasi muda untuk mencintai seni tradisional. “Dari Sabang sampai Merauke, kita diberkahi tarian luar biasa yang kaya makna. Semoga semakin banyak yang belajar dan bangga membawakannya ke panggung dunia,” tambah Ariel.

Penampilan ini juga menjadi bagian dari peringatan Hari Tari Internasional yang jatuh pada bulan Mei, mempertegas bahwa budaya Indonesia bukan sekadar warisan masa lalu, tetapi juga energi hidup yang bisa terus berkembang dan bersinar.


Tarian Tradisional Warnai Art Market Exhibition 2025

Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Utara Tampilkan Kembang Lambang Sari dan Lancang Kuning

Jakarta, 27 Mei 2025 — Dalam rangka memperingati semangat “Kebangkitan Maritim Nusantara”, Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Utara menghadirkan pertunjukan seni budaya dalam ajang Art Market Exhibition 2025 yang diselenggarakan di Jakarta. Dua tarian pilihan, yakni Tari Kembang Lambang Sari dan Tari Lancang Kuning, menjadi sorotan utama dalam kegiatan ini.


Sumber Foto: Instagram @sudinkebudayaanjakut

Kedua tarian tersebut dibawakan oleh para penari dari sanggar binaan @nugeulis_budayanusantara. Tampil anggun dan penuh makna, tarian ini menggambarkan kekuatan budaya lokal dalam menyuarakan nilai-nilai kehidupan dan sejarah Nusantara.

Kembang Lambang Sari, karya Wiwiek Widyastuti, terinspirasi dari Teater Tutur Bapak Jantuk. Tarian ini bercerita tentang konflik rumah tangga yang wajar dalam perjalanan cinta dan rumah tangga. Melalui gerakan lembut dan ekspresif, tarian ini mengajak penonton untuk menjadikan perdamaian sebagai akhir dari setiap perselisihan.

Sementara itu, Tari Lancang Kuning menyimbolkan keagungan dan perjuangan bangsawan Melayu di atas kapal kerajaan khas Riau, Lancang Kuning. Tarian ini sarat dengan semangat pantang menyerah, simbol kekuasaan, serta kekuatan menghadapi tantangan di laut.

Acara ini dihadiri oleh Plt. Kepala Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Utara, Ibu Misi’Ari, serta para tamu kehormatan dari jajaran Forkopimko, TNI, Polri, dan tokoh masyarakat. Para penonton terlihat antusias dan terkesima menyaksikan tampilan budaya yang menginspirasi.

Kehadiran kesenian tradisional dalam pameran seni modern seperti Art Market Exhibition 2025 menjadi bukti bahwa budaya lokal masih memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Hal ini sekaligus menjadi bentuk nyata komitmen Pemkot Jakarta Utara dalam mendukung pelestarian seni dan budaya Betawi serta Nusantara.

“Kami akan terus memberi ruang bagi seni budaya lokal untuk tampil dan berkembang. Ini adalah bagian dari identitas kita bersama,” ujar Misi’Ari dalam sambutannya.

Art Market Exhibition 2025 juga diramaikan dengan berbagai booth seni rupa, kerajinan tangan, serta karya kreatif yang memadukan warisan budaya dengan inovasi kontemporer.

Dengan adanya pergelaran ini, masyarakat diingatkan kembali akan pentingnya menjaga dan menghargai warisan budaya Indonesia. Tari Kembang Lambang Sari dan Lancang Kuning pun menjadi simbol harmoni antara tradisi dan masa depan.


Informasi Kontak:

Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Utara

Instagram: @sudinkebudayaanjakut

Email: info.budaya@jakut.go.id



Simbol Cinta Budaya Betawi yang Tak Luntur oleh Zaman

Tarian Ondel-Ondel Meriahkan Halal Bihalal Alumni Camat Jakarta, Perkuat Cinta Budaya Betawi

Teras Berita:
Jakarta – Nuansa silaturahmi dan pelestarian budaya berpadu harmonis dalam acara Halal Bihalal Ikatan Alumni Camat Jakarta. Tarian Ondel-Ondel yang ditampilkan Sanggar Puspa Lembayung Indonesia menjadi sajian utama dan terpilih sebagai pergelaran kesenian terbaik. Penampilan ini bukan sekadar hiburan, melainkan pengingat kuat akan pentingnya menjaga identitas budaya Betawi di tengah gempuran zaman.


Sumber Foto: Instagram @sudinkebudayaanjakut


Gedung pertemuan yang berada di salah satu titik strategis Jakarta berubah menjadi ruang penuh semangat kebersamaan dan kekayaan budaya dalam perhelatan Halal Bihalal Ikatan Alumni Camat Jakarta. Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang temu kangen para pemimpin wilayah dari berbagai generasi, namun juga menjadi ruang apresiasi budaya lokal, khususnya budaya Betawi yang mulai tergerus oleh arus globalisasi.


Sumber Foto: Instagram @sudinkebudayaanjakut


Sebagai penanda bahwa warisan leluhur masih dijunjung tinggi, tarian khas Betawi, yaitu Tarian Ondel-Ondel, dipilih sebagai penampilan utama dan ditetapkan sebagai pergelaran kesenian terpilih dalam acara tersebut. Tarian ini dibawakan dengan penuh penghayatan oleh para penari dari Sanggar Puspa Lembayung Indonesia, yang dikenal aktif melestarikan dan mengenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas.


Sumber Foto: Instagram @sudinkebudayaanjakut


Kehadiran para penari dengan kostum tradisional berwarna ungu dan putih yang mencolok, lengkap dengan hiasan kepala menjulang tinggi berhiaskan ornamen warna perak dan ungu, langsung mencuri perhatian seluruh tamu undangan. Dengan gerakan lembut dan harmonis, diiringi musik tradisional khas Betawi, mereka berhasil menyampaikan pesan budaya yang kuat tanpa harus mengucapkan sepatah kata pun.

“Penampilan ini bukan sekadar pertunjukan tari, tetapi bentuk penghormatan kita terhadap warisan budaya yang telah membentuk identitas masyarakat Jakarta sejak dahulu,” ujar salah satu perwakilan dari Suku Dinas Kebudayaan Jakarta Utara melalui unggahan akun resmi @sudinkebudayaanjakut di Instagram.

Menurutnya, penyisipan unsur seni budaya lokal dalam acara pemerintahan atau komunitas sosial seperti ini harus terus digalakkan. “Halal bihalal menjadi momen indah untuk mempererat tali silaturahmi sambil menikmati keindahan budaya Betawi. Penampilan Tarian Ondel-Ondel dari Sanggar Puspa Lembayung Indonesia sebagai kesenian terpilih semakin memperkuat rasa kebersamaan dan cinta kita pada warisan leluhur,” tulisnya.

Kegiatan ini juga menjadi pengingat penting bahwa pelestarian budaya bukan hanya tanggung jawab institusi kebudayaan, tetapi juga seluruh elemen masyarakat. Keterlibatan para alumni camat yang memiliki latar belakang kepemimpinan wilayah menjadikan acara ini memiliki nilai strategis dalam mempengaruhi masyarakat luas untuk lebih mencintai dan menjaga budaya lokal.

Tak hanya itu, acara ini juga dinilai sebagai bentuk diplomasi budaya yang efektif—tanpa perlu forum internasional, cukup dengan menghadirkan kesenian lokal dalam acara yang hangat dan merakyat. Ini adalah bentuk keteladanan sosial yang memperlihatkan bahwa budaya bukanlah sesuatu yang harus dipamerkan hanya saat festival, tetapi bisa hadir dalam momen-momen sederhana yang bermakna, seperti halal bihalal.

Sanggar Puspa Lembayung Indonesia sendiri dikenal sebagai sanggar yang aktif di wilayah DKI Jakarta dan kerap dipercaya tampil dalam berbagai acara resmi, baik tingkat lokal maupun nasional. Komitmen mereka dalam menghidupkan kembali semangat Betawi lewat tarian, musik, dan kostum menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk bangga terhadap budayanya sendiri.

Penutup:
Tarian Ondel-Ondel dalam acara Halal Bihalal Alumni Camat Jakarta membuktikan bahwa kekayaan budaya bisa hadir dan hidup di tengah kehidupan modern, asalkan ada komitmen untuk melestarikannya. Sebuah tarian yang sederhana namun sarat makna, mengingatkan kita bahwa budaya bukan hanya milik masa lalu, tetapi juga aset berharga untuk masa depan.

Dengan semangat kebersamaan, identitas Betawi kembali bersinar di tengah Kota Jakarta, mempertegas bahwa cinta pada budaya sendiri adalah bentuk tertinggi dari nasionalisme.



Selasa, 20 Mei 2025

Demam K-Pop Dance Cover Melanda Anak Muda Indonesia

K-Pop Dance Cover atau Random Play Dance 2025: Tren Viral dan Komunitas Spektakuler Anak Muda Indonesia


Ratusan remaja dan dewasa muda tumpah ruah mengikuti Random Play Dance KPop, sebuah acara komunitas yang kini menjelma menjadi fenomena budaya pop di kalangan Gen Z. Mereka menari secara spontan mengikuti potongan lagu-lagu KPop yang diputar secara acak, menunjukkan antusiasme sekaligus kecintaan mereka terhadap budaya Korea Selatan.


Cover Dance "Like Jennie"
GOTO'es KPOP RANDOM PLAY DANCE in Blok M Space
Cover Dance Girlgroup Kpop "Gfriend"

Jakarta - kembali menjadi saksi semangat anak muda yang tak pernah padam. Sore itu, di pelataran M Bloc Space, Jakarta Selatan, dentuman musik KPop menyatu dengan gelak tawa dan sorakan penonton. Ratusan remaja hingga dewasa muda berkumpul, bergerak serempak dalam harmoni lagu-lagu Korea Selatan yang diputar secara acak. Tanpa koreografi latihan yang kaku, mereka melangkah dengan percaya diri, mengikuti irama yang sudah akrab di telinga, tubuh, dan hati.

Inilah Random Play Dance KPop—bukan sekadar pertunjukan, melainkan perayaan kolektif dari sebuah budaya yang telah merasuk ke dalam gaya hidup urban masa kini. Di tengah lalu lintas padat kota dan gedung-gedung beton, hadir ruang terbuka yang menjadi panggung spontan bagi anak muda untuk menari, berekspresi, dan menjadi diri sendiri.

Kegiatan ini sudah menjadi agenda rutin komunitas penggemar KPop di Jakarta. Semakin hari, popularitasnya kian menjulang, bukan karena sorotan media atau dukungan sponsor, tetapi karena kekuatan komunitas yang solid dan semangat yang tulus. Berawal dari kegiatan kecil di sudut taman kota, Random Play Dance kini menjelma menjadi fenomena budaya yang dirayakan lintas generasi dan kota.

Setiap lagu yang diputar membawa tantangan sekaligus kegembiraan. Para peserta—baik yang sudah berpengalaman maupun yang baru mencoba—menanti giliran lagu favorit mereka muncul. Begitu intro terdengar, mereka langsung melangkah ke tengah, menampilkan gerakan yang sudah mereka hafal lewat layar ponsel dan cermin kamar. Tidak ada kompetisi, hanya apresiasi dan semangat kolektif.

Lebih dari sekadar menari, Random Play Dance adalah panggung gaya hidup. Fashion menjadi elemen penting yang mewarnai suasana. Outfit serba stylish dengan sentuhan ala idol Korea menghiasi kerumunan. Ada yang mengenakan jaket berkilau, rok plisket warna pastel, sneakers putih bersih, hingga riasan wajah dengan glitter dan stiker lucu. Setiap peserta seakan tampil seperti bagian dari sebuah pertunjukan musik, walau tanpa panggung, tanpa lampu sorot.

Namun, justru kesederhanaan itu yang membuat atmosfer semakin hangat dan inklusif. Tidak ada jarak antara penari dan penonton. Setiap gerakan mendapat tepuk tangan, setiap kesalahan disambut tawa, dan setiap tarian usai diiringi semangat baru. Momen-momen itu dengan cepat direkam, diabadikan lewat kamera ponsel, lalu tersebar ke berbagai platform media sosial. Dalam hitungan jam, video tarian spontan itu bisa menjangkau ribuan penonton—bahkan lintas negara.

Keunikan dari Random Play Dance terletak pada kebebasannya. Tidak ada syarat untuk bergabung, tidak perlu latihan resmi, bahkan tidak diwajibkan mengenal semua lagu. Kehadiran adalah bentuk partisipasi. Menari adalah bentuk apresiasi. Dan berdiri di tengah kerumunan adalah bentuk solidaritas antar pencinta budaya pop Korea.

Tidak hanya di Jakarta, fenomena ini juga menggema di kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Yogyakarta, Surabaya, hingga Makassar. Setiap kota memiliki komunitasnya sendiri, namun benang merahnya tetap sama: kebersamaan dalam merayakan musik dan gerakan. Ruang publik—dulu identik dengan aktivitas formal dan lalu lintas sibuk—kini disulap menjadi zona kreatif tempat ekspresi budaya anak muda hidup dan tumbuh.

Momen puncak sering kali terjadi di akhir acara, ketika semua peserta bergabung dalam satu koreografi besar yang telah disiapkan sebelumnya. Di sinilah semua perbedaan larut dalam gerakan yang senada, membentuk visual yang estetik dan menyentuh. Sebuah penutup yang tidak hanya mengesankan secara visual, tetapi juga emosional.

Banyak dari acara ini kemudian menjadi bagian dari agenda urban yang lebih besar. Seperti pada gelaran Flip Town yang pernah diselenggarakan Samsung di area yang sama, Random Play Dance hadir sebagai bagian dari kurasi budaya populer yang meriah dan interaktif. Komunitas-komunitas penggemar KPop mendapat panggung untuk tampil, berinteraksi, dan menjadi inspirasi.

Selain itu, dokumentasi dari kegiatan ini pun telah menjadi sumber konten yang sangat digemari. Di YouTube, akun seperti Get Up Edutainment secara rutin mengunggah video Random Play Dance yang menangkap euforia para peserta. Instagram pun dipenuhi cuplikan acara dari berbagai sudut kota, memperkuat jangkauan komunitas dan memicu rasa ingin bergabung dari mereka yang sebelumnya hanya menonton dari layar.

Melihat pertumbuhan yang luar biasa ini, tak sedikit yang mulai membayangkan bentuk kegiatan yang lebih besar: festival jalanan KPop yang terbuka untuk semua. Sebuah acara yang memadukan musik, tari, fashion, dan komunitas dalam satu ruang yang inklusif dan meriah. Sebuah mimpi kolektif yang perlahan, namun pasti, mulai terwujud.

Fenomena Random Play Dance telah membuktikan bahwa budaya bisa menyatukan, bahkan dalam bentuk yang paling sederhana: musik dan gerakan. Ia menjadi ruang aman, ruang ekspresi, dan ruang berkumpul bagi generasi muda yang ingin berkreasi di tengah kota yang sibuk. Dalam tarian-tarian spontan itu, tersimpan energi positif yang terus bergema, menyebar, dan tumbuh—menghidupkan denyut komunitas, satu lagu demi satu lagu.


Berikut beberapa highlight yang mencerminkan semangat dan kreativitas mereka: 

1. Kompetisi K-Pop Dance Cover UBSI 2025

Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) menggelar Kompetisi K-Pop Dance Cover 2025 yang menjadi ajang bergengsi bagi siswa SLTA se-Indonesia.  Acara ini tidak hanya menampilkan bakat tari, tetapi juga mendorong apresiasi terhadap seni dan budaya K-Pop di kalangan pelajar.  


2. Tren 'Pikki Pikki Dance' Merambah Indonesia

Tarian 'Pikki Pikki', yang awalnya populer di Korea Selatan sebagai bagian dari cheerleading dance, kini menjadi tren di kalangan penari K-Pop Indonesia.  Gerakan sederhana namun energik ini menarik perhatian komunitas dance cover di berbagai kota.  


3. Shotaro RIIZE dan Dance Challenge Viral

Shotaro, anggota grup RIIZE, dikenal rutin menciptakan dance challenge yang viral di media sosial.  Gerakan tariannya yang dinamis dan ekspresif menjadi inspirasi bagi banyak penari muda Indonesia untuk membuat versi cover mereka sendiri.  


4. Kolaborasi dengan DJ Lokal: Remix 'My Lecon'

Remix lagu 'My Lecon' oleh DJ Prengky Gantay dari Indonesia menjadi populer di kalangan penari K-Pop.  Kolaborasi ini menunjukkan sinergi antara musik lokal dan K-Pop, menciptakan tren baru dalam komunitas dance cover.  


5. K-Pop Dance Cover di Ruang Publik

Komunitas dance cover seperti FDCOVER INDONESIA aktif menampilkan pertunjukan di ruang publik, seperti Senayan Park dan De Entrance Arkadia.  Penampilan mereka menarik perhatian masyarakat dan memperkuat eksistensi budaya K-Pop di Indonesia.  

Tren K-Pop dance cover di Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan bahwa budaya ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga sarana ekspresi dan pengembangan diri bagi generasi muda.  Dengan semangat dan kreativitas yang tinggi, mereka terus menari dan menginspirasi. 


Galeri Visual: Wajah-Wajah Energi K-Pop Dance Cover Indonesia

1. Latihan di Taman Kota

Sumber: sonora.id


2. Penampilan Komunitas di Ajang Kompetisi

Sumber: terasbandung.com


3. Studio Tari Leova Dance di Jakarta Barat

Sumber: dreamers.id


Tren K-Pop dance cover bukan hanya menciptakan ruang kreativitas baru, tapi juga memperkaya ekosistem seni tari di Indonesia. Siapa sangka, gerakan energik dari Korea Selatan bisa menjadi bahan bakar semangat bagi anak muda negeri ini untuk terus menari, berkarya, dan bermimpi.



Meriahkan Hari Anak dengan Beragam Seni Tari Budaya Indonesia!

The Park Pejaten Gelar Gebyar Kreativitas Anak Indonesia 2025

Jakarta – The Park Pejaten sukses menyelenggarakan acara tahunan bertajuk "Gebyar Kreativitas Anak Indonesia 2025" pada tanggal 17 hingga 18 Mei 2025. Digelar di atrium utama mal, acara ini menjadi panggung bagi ratusan anak dari berbagai kategori usia untuk menunjukkan bakat dan kecintaan mereka terhadap seni budaya lokal. Dengan tema besar “Cinta Budaya, Cinta Indonesia”, kegiatan ini bertujuan menghidupkan kembali semangat kreativitas sekaligus memperkenalkan kekayaan budaya Nusantara kepada generasi penerus bangsa.


Sumber Foto: Instagram: @thepark.pejaten

Sorotan utama pada hari pertama datang dari lomba tari tradisional, yang menjadi pembuka acara pada Sabtu, 17 Mei 2025 pukul 10.30 WIB. Lomba ini terbagi dalam tiga kategori usia: Kategori A (5–7 tahun), Kategori B (8–10 tahun), dan Kategori C (11–15 tahun). Para peserta berlomba menampilkan berbagai tarian daerah yang dikemas dengan penuh semangat dan totalitas. Penonton memadati area atrium, menciptakan suasana yang meriah dan sarat kebanggaan budaya.

Tahun ini, lebih dari 1.000 penampilan ditampilkan oleh para penari cilik dari berbagai wilayah. Mereka membawakan beragam jenis tarian tradisional seperti Tari Kelinci, Tari Piring, Tari Payung, Tari Piri Kaper, hingga Tari Kluwung Mas. Penampilan-penampilan ini berasal dari berbagai sanggar ternama seperti Ruang Tari Maharani, Sanggar Binaan, Sanggar Tari Kita dan Sanggar Tari lainnya.


Pemenang: Tarian Rancabana

Sumber Foto: Doc. Pribadi

Salah satu penampilan yang paling mencuri perhatian datang dari kelompok usia 8–10 tahun yang membawakan Tari Rancabana. Dengan kostum warna yang mencolok dan gerakan lincah nan selaras, tarian asal Jawa Barat ini berhasil menyampaikan pesan keindahan alam dan semangat kerja sama.

Meskipun hanya meraih predikat Harapan 1, kelompok ini mendapatkan tepuk tangan meriah dan pujian dari para juri. Mereka diganjar voucher belanja dan uang tunai senilai Rp500.000, sertifikat, dan piala eksklusif.


Divatama Nusantara Raih Juara 3

Tak kalah membanggakan, Sanggar Divatama Nusantara sukses meraih Juara 3 untuk kategori B (usia 8–10 tahun). Sanggar yang dikenal dengan pendekatan disiplin dan penguatan karakter budaya ini menyuguhkan tarian yang matang, penuh energi, dan selaras antara teknik dan ekspresi.

Sebagai apresiasi atas prestasi tersebut, mereka menerima uang tunai sebesar Rp750.000, voucher belanja khusus dari The Park Pejaten, sertifikat penghargaan, serta piala eksklusif.


Kutipan Orang Tua:

“Saya bangga sekali melihat anak saya bisa tampil percaya diri membawa tarian daerah di panggung sebesar ini,” ujar seorang Ibu, orang tua dari salah satu penari Sanggar Divatama. “Melihat anak-anak belajar dan mencintai budaya sendiri adalah hadiah paling berharga.”


Sanggar Divatama Nusantara: Sekilas Profil

Berdiri sejak 2018, Sanggar Divatama Nusantara telah aktif membina ratusan anak dalam seni tari tradisional. Mereka rutin tampil dalam festival lokal maupun nasional dan dikenal dengan gaya pengajaran yang menyenangkan namun tetap disiplin. Fokus sanggar ini adalah menanamkan nilai-nilai cinta tanah air lewat warisan budaya yang hidup dalam gerakan.


Pendapat Dari Salah Satu Juri

Menurut salah satu juri, kualitas penampilan tahun ini meningkat pesat dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Kami sangat bangga melihat begitu banyak anak-anak Indonesia tampil percaya diri membawakan tari tradisional. Mereka bukan hanya belajar gerakan, tetapi juga memahami filosofi dan makna di balik tiap tarian,” ujar juri tersebut.


Selamat untuk Para Pemenang, Semangat untuk Semua Peserta yang ada!

Setelah melewati hari yang penuh semangat, keceriaan, dan cinta budaya, acara Gebyar Kreativitas Anak Indonesia 2025 pada tanggal 17 Mei ditutup dengan penuh suka cita. Ratusan penampilan telah menghiasi panggung, menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam melestarikan seni tradisional.


Sumber Foto: Doc. Pribadi

Berikut adalah beberapa pemenang cilik yang berhasil membawa pulang hadiah bergengsi, seperti piala penghargaan, sertifikat, uang tunai, dan voucher belanja eksklusif dari The Park Pejaten. Mereka telah menunjukkan dedikasi, semangat latihan, serta kecintaan yang mendalam terhadap budaya bangsa.

Selamat kepada seluruh pemenang! Kemenangan ini adalah buah dari kerja keras, disiplin, dan keberanian tampil. Kalian telah menjadi inspirasi bagi teman-teman lainnya!

Bagi yang belum berhasil meraih juara, jangan berkecil hati. Setiap langkah kalian di atas panggung adalah sebuah pencapaian. Keberanian untuk tampil dan semangat melestarikan budaya adalah kemenangan tersendiri. Ingatlah, setiap penari hebat pun pernah menjadi pemula yang tak pernah menyerah.

Tetaplah menari, tetaplah bermimpi, dan terus asah kemampuanmu. Budaya Indonesia butuh kalian—anak-anak bangsa yang mencintai tradisi dan siap menjaganya di masa depan.

Sampai jumpa di Gebyar Kreativitas Anak Indonesia tahun depan, dengan semangat yang lebih besar, talenta yang lebih luas, dan cinta budaya yang makin kuat!


Acara Gebyar Kreativitas Anak Indonesia 2025 bukan hanya lomba seni, melainkan panggung pembuktian bahwa warisan budaya Indonesia hidup dan tumbuh di hati generasi muda. Dengan dukungan orang tua, sanggar tari, dan komunitas seni, anak-anak Indonesia terus membuktikan bahwa mereka siap melestarikan dan meneruskan budaya bangsa ke masa depan.


Informasi Selengkapnya dapat dilihat di Media Sosial Resminya @thepark.pejaten

Minggu, 18 Mei 2025

Dua Hati yang Berjiwa, Satu Irama dan Tujuan: Fakta Perjalan Si Kembar Dalam Mencintai Budaya Indonesia

Terbukti! Mencintai Budaya Indonesia mampu Mengubah Perjalanan Hidup dan Masa Depan Seseorang, melalui Hobi.

Sheila dan Sheili Diani Jaya: Si Kembar Pencinta Tari yang Menari dari Hati

Sheila Diani Jaya & Sheili Diani Jaya

Dua sosok muda penuh talenta, Sheila dan Sheili Diani Jaya, adalah kembar identik berusia 22 tahun yang baru saja menyelesaikan pendidikan mereka di Universitas Negeri Jakarta. Mereka lulus dari Fakultas Bahasa dan Seni, Program Studi Pendidikan Tari. Sejak kecil, dunia seni telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup mereka, khususnya seni tari yang telah mereka tekuni sejak usia lima tahun.

Kecintaan mereka pada seni tidak terbatas hanya pada tari. Mereka juga menyukai seni menggambar dan membuat kerajinan. Namun, tarilah yang menjadi pusat perhatian dan dedikasi mereka. Menurut keduanya, seni tari adalah bentuk keindahan yang menyeluruh—karena setiap gerakan, musik pengiring, kostum, hingga riasan dalam tari, terutama tari tradisional, memiliki makna tersendiri. Ini yang membuat mereka memilih untuk mendalami lebih dalam seni tari, baik tradisional maupun modern dance.

Kini, keduanya sibuk sebagai pengajar tari di Sanggar Kita, mengajar ekskul tari di beberapa sekolah, serta melayani les privat untuk acara-acara tertentu. Selain itu, Sheila dan Sheili juga merupakan penari tetap di Batavia Dancer, sebuah kelompok tari yang sudah cukup dikenal di dunia pertunjukan seni di Jakarta.

Selama masa kuliah, mereka aktif menciptakan karya tari. Sheila telah menciptakan tiga koreografi: Askara (inspirasi dari budaya Betawi, DKI Jakarta), Satu Namun Tak Satu (bernuansa Padang, Sumatera Barat), dan Ronggeng Midang (berakar dari budaya Sunda, Jawa Barat). Sementara itu, Sheili juga menghasilkan tiga karya koreografi: Larangan (Betawi, DKI Jakarta), Reswara Wiyoga (Bali), dan Satu Jiwa (bertema Melayu, Sumatera). Keenam karya tersebut mereka hasilkan selama masa perkuliahan pada semester 3 hingga 5, sebagai bagian dari proses kreatif mereka dalam pendidikan tari.


Tari Satu Namun Tak Satu (bernuansa Padang, Sumatera Barat) by Sheila Diani Jaya


Kedua saudari ini juga telah menguasai berbagai tari tradisional dari hampir seluruh provinsi di Indonesia, serta berbagai jenis tari modern. Sejak kecil, mereka telah mengukir banyak prestasi dalam lomba-lomba tari. Pada tahun 2019, mereka bahkan pernah dikirim ke Thailand dalam program pertukaran budaya—sebuah pengalaman berharga yang membuka wawasan mereka tentang seni tari internasional.

Dalam perjalanan seni mereka, Sheila dan Sheili telah bergabung dengan banyak sanggar, sehingga mereka pun terinspirasi oleh banyak sosok seniman tari. Bagi mereka, tidak ada satu nama pun yang dominan, karena setiap pengalaman dengan berbagai guru tari memberi pelajaran dan pengaruh yang berbeda-beda.

Bagi orang tua atau siapa pun yang ingin memperkenalkan dunia tari kepada anak-anak, remaja, dewasa, bahkan lansia, Sheila dan Sheili merekomendasikan tempat belajar seperti di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Di sana, siswa bisa memilih untuk mempelajari tari dari daerah tertentu secara fokus. Namun, jika ingin mengenal tari nusantara yang lebih beragam, mereka menyarankan belajar di sanggar seperti Sanggar Kita milik mereka yang menawarkan pelajaran tari dari berbagai daerah di Indonesia.

Sheila dan Sheili bersama anak didiknya "Sanggar Tari Kita"


Tari Rancabana, Harapan 1


Murid Sheila dan Sheili (Sanggar Tari Kita) juga berhasil mencuri perhatian juri dan penonton dalam event perlombaan "Gebyar Kreativitas Anak Indonesia 2025" di Autrium The Park Pejaten pada tanggal 17 Mei 2025 dengan penampilan tarian Rancabana dari kategori B usia 8–10 tahun. Tarian ini berhasil meraih predikat Harapan 1 dan mengantongi hadiah berupa voucher belanja dan uang tunai senilai Rp500.000, sertifikat penghargaan, serta piala eksklusif. Peserta tampil percaya diri dengan kostum tradisional yang mencolok dan gerakan tari yang energik namun tetap mengedepankan keindahan tradisi. Penampilan ini membuktikan bahwa seni budaya masih tumbuh subur di hati generasi muda.

Sheila dan Sheili juga mencermati tren tari masa kini yang sedang ramai di media sosial, seperti TikTok. Tari modern seperti dance cover K-Pop dan gerakan viral mudah ditiru banyak orang. Namun, tren tari tradisional juga mulai bangkit kembali, contohnya adalah Tari Ratu Kota Jakarta—tari kreasi Betawi dari Sanggar Swargaloka yang sempat viral dan kini menjadi tema lomba tari di berbagai platform digital.


Foto: Doc. Pribadi

Sheila dan Sheili Diani Jaya adalah contoh nyata bahwa seni tari tidak hanya bisa menjadi hobi, tetapi juga jalan hidup yang bermakna. Dengan semangat yang tak pernah padam, mereka terus menari, mencipta, dan mengajar dari hati—membawa warisan budaya Indonesia ke generasi masa depan dengan langkah anggun dan penuh cinta.



Selasa, 13 Mei 2025

Siapa Sangka Dari Tradisi, Jadi Tari yang Penuh Filosofi!

"Cah Rimba Aceh": Tarian Liar yang Penuh Jiwa, Menghidupkan Kembali Hikayat Pembukaan Lahan di Tanah Rencong

Di antara deru angin pegunungan dan bisik dedaunan rimba Aceh, lahirlah sebuah tarian yang bukan sekadar gerak, tapi menjadi nyanyian jiwa. “Cah Rimba Aceh”, sebuah mahakarya seni pertunjukan, membawa penontonnya menyelami kembali cerita leluhur tentang bagaimana manusia, tanah, dan alam semesta saling terhubung dalam keharmonisan yang sakral.



Sumber Foto: www.indonesiakaya.com


Tarian ini lebih dari sekadar ekspresi budaya—ia adalah napas kearifan lokal, sebuah narasi hidup tentang perjuangan masyarakat Aceh membuka lahan dengan tangan dan hati yang penuh hormat pada alam. Diciptakan oleh seniman-seniman daerah yang mencintai warisan tanah mereka, “Cah Rimba Aceh” menari bukan untuk pamer, melainkan untuk mengingatkan: bahwa membuka lahan bukan hanya urusan pertanian, tapi juga spiritualitas, etika, dan keberlangsungan hidup.


Melukis Tradisi Melalui Gerakan

Pertunjukan dimulai dalam keheningan. Penari-penari muncul dari balik tirai seperti bayangan-bayangan hutan, bergerak perlahan dengan gerakan yang menggambarkan kehidupan pagi di rimba. Mereka mengenakan baju kurung Aceh dengan warna-warna tanah dan daun, menyatu dengan suasana panggung yang menggambarkan lanskap hutan tropis. Di tangan mereka, alat-alat tradisional seperti parang, cangkul, dan bale (keranjang anyaman) menjadi properti utama—bukan hanya pelengkap, tapi simbol dari kerja keras dan keikhlasan.


Sumber Foto: www.indonesiakaya.com

Lalu musik mengalun: denting serune kalee menyayat, tabuhan rapa’i berdetak seperti jantung yang bergelora. Gerakan tari mulai berubah dinamis, menggambarkan masyarakat yang bekerja sama membuka lahan. Setiap langkah dan hentakan kaki menggambarkan gotong royong dan rasa saling percaya. Tidak ada satu pun gerakan yang dilakukan sendirian—semua ditampilkan dengan koordinasi yang menggambarkan solidaritas sosial.


Konflik: Ketika Hutan Melawan

Sumber Foto: Doc. Pribadi

Pertunjukan mencapai puncaknya saat hadirnya adegan dramatis: suara hewan buas menggema, lampu berpendar merah, dan para penari terkejut—mereka bukan hanya menghadapi alam, tapi juga harus menyadari batasnya. Binatang liar yang terusik karena habitatnya terganggu menjadi simbol bahwa manusia tak bisa semena-mena terhadap alam.

Dengan penuh semangat, penari memainkan seumalo—teriakan khas yang biasanya digunakan untuk mengusir hewan liar. Gerakan mereka menjadi cepat dan patah-patah, membentuk pertarungan antara manusia dan rimba yang mengancam. Namun pertarungan ini bukan tentang menang dan kalah, melainkan tentang negosiasi ruang hidup.

Inilah kekuatan utama dari “Cah Rimba Aceh”: ia tidak menyuguhkan kemenangan manusia atas alam, melainkan menampilkan titik temu di mana manusia belajar menghormati hutan dan semua penghuninya. Tarian ini menyampaikan pesan filosofis yang dalam—bahwa keharmonisan harus dijaga, bukan dirusak.


Akhir yang Penuh Hikmah

Sumber Foto: www.indonesiakaya.com

Setelah ketegangan mereda, suasana menjadi tenang. Para penari mulai membagikan lahan secara simbolis, dilakukan dengan gerakan melingkar dan saling memberi, menggambarkan nilai keadilan dan rasa syukur. Musik berubah menjadi lembut dan damai, seperti embusan angin sore yang menyejukkan.

Tarian ditutup dengan ritual syukur kepada alam: penari meletakkan daun-daunan dan air sebagai persembahan, simbol dari doa agar tanah yang dibuka membawa keberkahan, bukan kehancuran.


Lebih dari Sekadar Seni

“Cah Rimba Aceh” bukan hanya tarian tradisional, melainkan sebuah pengingat kolektif tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Di tengah isu global tentang krisis iklim, deforestasi, dan kerusakan lingkungan, tarian ini tampil sebagai suara dari masa lalu yang justru sangat relevan di masa kini.

Melalui pertunjukan ini, generasi muda diajak untuk memahami kembali nilai-nilai lokal yang kerap terlupakan. Bahwa dalam setiap ayunan parang, terselip doa dan kesadaran. Dalam setiap gerakan seumalo, ada rasa takut, tanggung jawab, dan cinta kepada bumi.

“Cah Rimba Aceh” telah tampil di berbagai festival budaya nasional dan internasional, dan selalu berhasil memukau penonton. Namun yang paling penting, ia terus menanamkan kesadaran: bahwa budaya bisa menjadi jembatan untuk menyatukan manusia dan alam dalam harmoni yang lestari.

Di tengah dunia yang terus berlari cepat, “Cah Rimba Aceh” mengajak kita berhenti sejenak. Mendengar suara rimba. Menari bersama semesta.


http://azzarahanynf.blogspot.com/2025/03/pesona-balimau-tradisi-minangkabau.html

Hiburan Tuan Muda

 "Hiburan Tuan Muda": Ketika Panggung Jadi Cermin Sosial dan Kritik Anak Muda Jakarta Jakarta, Mei 2025 — Gemerlap cah...

tari dibulan ramadan